Bogor-Sukabumi (kl 68 Km) tercatat berwaktu tempuh kl 5 jam. Para pejalan bermobil selama ini terseok-seok karena harus melewati belantara industri di kawasan Kabupaten Sukabumi mulai dari Cicurug hingga Cibadak, bahkan Cisaat yi pinggiran wilayah kabupaten Sukabumi yang berbatasan dengan bagian barat kota Sukabumi.
Itu semua full kenderaan nggak roda dua, roda empat, sampai tronton yang gede-gede. Tol Bocimi kalaulah selesai ntah kapanpun itu, akan memangkas waktu tempuh 5 jam itu menjadi menjadi hanya 1/2 - 3/4 jam saja. Apa boleh buat, efisiensi seperti itu baru sebatas mimpi. Pastinya tol itu sampai detik ini baru sampai Cigombong dan diresmikan Presiden Jkw awal Desember 2018. Itu saja sudah 3 tahun ke belakang.
Teringat perjalanan Minggu 25 Oktober lalu, ketika Saya dan isteri terburu-buru ke Sukabumi untuk melayat dan memberangkatkan adikku tercinta Niniek br Pakpahan (O. Alana boru) yang dini hari sebelumnya dinyatakan meninggal di RSUD R. Syamsudin, SH karena ya penyakitnya yang memang sudah complicated ya asma, ya rheumatoid dst.
Kami berangkat meninggalkan Jakarta kl Pk. 08.00 dengan Ertiga yang masih gres. Memasuki tol Bogor-Cigombong setelah melintasi underpass Ciawi memang nggak ada masalah. Ngegeleser dan sekelebatan rasanya menempuh jarak 15-16 Km Tol Bocimi seksi pertama yang sudah diresmikan Jkw sejak 3 tahun lalu itu.
Nah keluar pintu tol Cigombong lalu ke Cicurug yang hanya 9,5 Km. Aduh biyung mulai lagi merayap seperti pengalaman ke Sukabumi selama ini melalui jalan tradisional. Belum lagi kemacetan di Cicurug, juga Cibadak, juga Cisaat. Sesudah melewati gereja HKBP persis di batas kota sebelah barat. Kami pun baru bisa bernafas dan saat itu waktu menunjukkan Pk 13.30. Coba, betapa repotnya urusan waktu dalam perjalanan ke Sukabumi ini hanya gegara baru ber-tol sampai Cigombong doang.
Tapi bagaimanapun itu, kami sempat mengikuti acara pemberangkatan adikku di rumahnya di Jln. Rumahsakit No. 1 nyaris berhadapan dengan RSUD R. Syamsudin, SH. Kulihat adik iparku Lucky Noor Lukman bersama 4 keponakanku sudah disitu, juga dari pihak keluarga besar kedua belah pihak sudah ada representasinya dalam acara pemberangkatan almarhumah. Sekitar Pk 14.00 adikku sudah selesai dikebumikan di pemakaman keluarga di Jln raya Selabintana sekitar titik Parungsea sesuai google map.
Menelusuri Fakta dan Masalah
Kembali ke laptop untuk menelusuri ada apa dengan Bocimi. Lagi-lagi O Biyung eh nggak deng diganti O Amang saja, pembangunan jalan tol Bocimi rupanya sudah ditetapkan sejak tahun 1997 dan sudah beberapa kali ganti investor. Artinya, Bocimi sudah 24 tahun dalam, mengutip istilah Batak, "nipi ni par sendor" atau mimpi tukang cendol. Jalan tol yang dikirakan hanya sepanjang 54 km itu ternyata telah memiliki sejarah panjang, dari mangkrak, hingga gonta-ganti investor.
Membaca data BPJT (Badan Pangatur Jalan Tol), sebagaimana dikutip Finance Detik Com, diketahui pemenang lelang investasi jalan tol yang diperkirakan bakal menelan biaya Rp 7,7 triliun itu telah ditetapkan sejak tahun 1997. Namun, tanda tangan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) oleh Konsorsium Bukaka Teknik Utama baru dilakukan pada tahun 2007, atau berselang 10 tahun sejak penetapan pemenang.