Awas Faktor Penghancur Baperan
Baper atau Bawa Perasaan adalah bahasa kaum milenial. Istilah Baper tidak selalu soal perasaan cinta atau asmara. Tetapi lebih sering digunakan oleh seseorang yang memiliki sifat sensitif dan sering menggunakan emosinya untuk menanggapi peristiwa apapun.
Untuk mudahnya, istilah Baperan dalam tulisan ini kita definisikan saja sebagai seseorang atau sekelompok orang yang mengidap sifat yang lebih mengedepankan emosi ketimbang akal sehat.
Bahasa slank khas milenial Indonesia ini seperti biasa terdiri dari dua kata yang digabungkan seperti Mager (Malas Gerak). Istilah ini ditujukan pada seseorang yang sedang malas bergerak atau beraktivitas. Contoh lain Gabut (Gaji Buta), sebuah tonjokan bagi para pegawai yang tidak melakukan pekerjaan apapun tapi masih tetap menerima gaji.
Seseorang disebut baperan ketika katakanlah merasa sedih melihat seorang Ibu sedang menjajakan anaknya untuk mengamen asal-asalan di jalan. Itulah perasaan dan emosi seorang baperan dalam merespon sebuah peristiwa
Sisi positif dan negatif
Beberapa efek baperan al : merasa malas untuk melakukan berbagai hal; mood atau suasana hati menjadi mudah berubah; sangat mudah untuk sedih atau bahkan menangis; mudah merasa kecewa terhadap suatu hal; sulit untuk merasakan kebahagiaan yang nyata; sulit untuk mensyukuri nikmat yang sudah ada dirasakan pada saat itu.
Tak heran sifat baperan bisa membuat seseorang menjadi mudah marah dan juga sakit hati. Selalu merasa kurang terhadap apa yang sudah dimiliki.
Meski demikian, ada juga hal positif dari sifat Baperan :
(1) Bisa merasakan emosi positif lebih dalam. Orang baperan mudah sedih, emosi, atau marah. Tapi, mereka juga bisa sangat mudah merasakan bahagia atau terharu dengan hal-hal yang membanggakan. Katakanlah, hanya sekadar cangkruk dengan teman-teman seharian, sudah bisa membuat mereka yang baperan bahagia.
Terlebih jika mereka memperoleh hal besar atau pencapaian besar, maka itu akan sangat berarti bagi mereka; (2) Memiliki rasa empati yang tinggi.