Lihat ke Halaman Asli

Eltuin Parker

Pengurus Pusat Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) / Kabiro Pemuda PGI Wil. Sulselbara

Berhentilah Mencintai Ahok-Djarot

Diperbarui: 27 April 2017   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

halloindo.com

Hari ini, tepat seminggu, Pilkada Jakarta usai digelar. Anies-Sandi dapat dipastikan unggul atas Ahok-Djarot. Namun pembahasan soal kekalahan Ahok-Djarot masih jadi perbincangan hangat. Media-media masih betah membahas soal ini, mulai dari kasus yang sedang dihadapi Ahok, perjumpaan Ahok-Anies di Balaikota lengkap dengan cerita triple password sakti milik Pemprov DKI, spekulasi kondisi Jakarta seusai ditinggal Ahok-Djarot kelak dll.

Fenomena hasil pilkada Jakarta masih sangat merajai perbicangan dari lorong ke lorong, di warung-warung kopi, di perkumpulan-perkumpulan dan bahkan tak ada tempat yang tidak berbicara tentang Pilkada Jakarta. Maafkan juga saya yang belum bisa berpindah ke lain hati.

Hari ini, fenomena baru itu muncul lagi. Menurut informasi, ada sekitar 1000 lebih karangan bunga memadati Balaikota termasuk jalan-jalan di sekitarnya, karangan bunga untuk sang petahana yang kalah dalam Pilkada. Ini apa, kok bisa yang kalah justru dapat karangan bunga sebanyak itu? Ini tidak biasa. Kalau pemenang dapat karangan bunga ucapan selamat, hal yang wajar dan biasa terjadi di mana-mana.

 Tapi ini beda. Mungkinkah ini satu pertanda bahwa dua sosok Ahok-Djarot memang dianggap begitu berharga bagi Jakarta. Warga Jakarta belum rela dan siap melepaskan mereka. Bahkan, bukan hanya bunga, ratusan orang mau berdesak-desakan menemui Ahok-Djarot hanya demi sekadar berjumpa; bersalaman; menyampaikan simpati dan rasa terima kasih; dan berfoto.

Bukankah pelantikan baru akan dilaksanakan pada Oktober mendatang? Saya belum tahu apa yang akan terjadi Oktober mendatang. Akankah ada “perang” karangan bunga antar pendukung. Jangan-jangan karangan bunga untuk Ahok-Djarot lebih banyak dari Anies-Sandi. Saya sangat menantikan momen itu.

Melihat kejadian hari ini, saya berpikir mungkin sebaiknya mulai berhenti “mencintai” Ahok-Djarot. Karena cinta pada Ahok-Djarot dapat menjadi sumber penyakit baru bagi calon pemimpin baru. Anies-Sandi bisa terserang “penyakit aneh” yang berkepanjangan akibat ulah dari orang-orang yang terlalu mencintai Ahok-Djarot. Mereka--termasuk Pak Zon yang tiba-tiba peduli anak yatim dan bicara soal beasiswa gegara karangan bunga--bisa menderita ansietas kronik karena kuatir sambutan terhadap mereka sebagai pemenang tak semeriah sambutan kepada yang kalah. Akibatnya, mereka bisa tidak fokus mempersiapkan diri secara matang menghadapi masa transisi yang tinggal enam bulan saja.

Karena itu, ayolah berhenti mencintai Ahok-Djarot. Kasihan bapak-bapak calon gubernur dan wakil gubernur yang baru, bebannya bertambah berat. :-)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline