Lihat ke Halaman Asli

7 Fakta Menarik Tentang Andrey Arshavin

Diperbarui: 30 Mei 2017   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kudus, dalam beberapa hari terakhir sempat dihebohkan dengan aksi Bupati Kudus Musthofa, yang sempat menyela aksi teatrikal yang dipersembahkan oleh salah satu kelompok teater pada acara Visualisasi Dhandangan, Jumat (26/5), lalu di Alun-Alun Kudus. Peristiwa tersebut diviralkan oleh penulis anonym (Dimas Nugraha) yang baru saja membuat akun di Kompasiana, 28 Mei lalu. Munculnya artikel di Kompasiana tersebut berawal dari postingan akun facebook yang bernama Rais Musthafa Ibrahim.

Dalam artikel tersebut, Dimas Nugraha mencoba mengunggah sebagian besar komentar dari postingan akun facebook Rais Musthafa Ibrahim ke dalam artikelnya. Tak hanya itu, dia menyampaikan pendapat bahwasanya Bupati Kudus pada acara Visualisasi Dhandangan dianggap memperlakukan pertunjukan seni seperti, teater dan pantomime, layaknya orkes dangdut yang bisa dihentikan sewaktu-waktu, dikomentari, kemudian berlanjut lagi. Masih menurutnya, pertunjukan kesenian seperti ini sangat ketat dalam hal konsep, tempo, timing, dan artistik. Pihaknya juga mengatakan bahwa Bupati Kudus tidak memiliki etika dan sopan santun yang baik terhadap kegiatan berkesenian ataupun memperlakukan pelaku seni.

Artikel Dimas Nugraha tersebut memang menarik perhatian kalangan pegiat seni maupun masyarakat luas, khususnya daerah Kudus dan sekitar. Namun, menurut saya, apa yang dilakukan oleh penulis Kompasiana tersebut tidak obyektif dan komentar yang diangkat dalam tulisannya, diambil dari pelaku seni semata. Padahal, masyarakat luas belum tentu paham apa maksud dan tujuan pementasan tersebut. Hal ini sungguh tidak berimbang, ibarat menilai sesuatu hanya dari satu sisi koin mata uang. Alangkah baiknya, penulis juga mengangkat pendapat masyarakat umum yang awam akan kesenian.

Dalam pandangan pribadi saya, apa yang dilakukan oleh Bupati Kudus tersebut tidak harus ditanggapi dengan emosi. Penyebaran isu bahwa Bupati Kudus melakukan tindakan yang tidak pantas merupakan hal yang harus kita tanggapi dengan dingin. Jangan sampai kita terbawa oleh emosi yang tinggi dengan hadirnya tulisan-tulisan negatif. Tentu, tulisan, komentar, dan hal-hal negatif lainnya akan terus bermunculan. Energi kita hanya akan habis sia-sia mengurus hal-hal yang tidak substansif ketika membaca tulisan di artikel Kompasiana terkait dengan kejadian di Visualisasi Dhandangan, Jumat lalu.

Menurut pendapat saya terkait dengan isu dalam pentas Visualisasi Dhandangan, sebenarnya hal tersebut tidak terlalu mengganggu. Hal yang perlu diperhatikan adalah menahan agar isu tidak meluas dan menjadikan isu ini sebagai peluang untuk merangkul simpati. Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan agar isu ini cepat reda dan dapat dijadikan sebagai keuntungan bagi Pak Mushtofa. Pertama adalah Pak Musthofa merangkul pegiat seni yang berada di Kudus, utamanya yang berpartisipasi dalam kegiatan Visualisasi Dhandangan, Jumat lalu, untuk dapat bertemu secara langsung. Hal ini sangat baik untuk sambung rasa sekaligus sebagai ajang untuk guyub rukun bersama dengan pegiat seni di Kudus. Pak Musthofa dapat menjelaskan secara langsung kepada pegiat seni apa maksud dan tujuan yang disampaikannya ketika menyela pementasan seni dalam Visualisasi Dhandangan. Kedua adalah  pak Musthofa harus merespon dengan tindakan akomodatif. Langkah ini juga menjadi sangat vital dimana pegiat seni dapat menyampaikan apa yang menjadi maksud dan tujuannya ketika kegiatan pementasan dalam acara Visualisasi Dhandangan. Sehingga dengan langkah-langkah yang sudah saya sebutkan, maka harmonisasi antara pemerintah dengan kebudayaan, dalam hal ini adalah Bupati Kudus dan pegiat seni di Kudus dapat terjalin dengan baik dan tidak ada kesalahpahaman yang terjadi.

Pak Musthofa ketika dimintai keterangannya setelah acara Visualisasi Dhandangan mengatakan bahwa pentas teatrikal yang ditampilkan oleh grup teater sangat bagus, hanya saja pihaknya menyayangkan banyak warga yang kurang memahami. “Pentas teaterikal yang disajikan pada dhandangan kemarin sangat bagus. Saya sangat mengapresiasi karya dan kerja keras para seniman Kudus. Di sisi lain, saya prihatin karena banyak warga yang hadir nampak kurang antusias karena tidak memahami makna pentas teaterikal tersebut. “ ujarnya.

Selain itu, Pak Musthofa juga berpendapat bahwa seniman memang harus diapresiasi, akan tetapi warga masyarakat umum juga perlu hiburan yang dapat dipahami,”Seniman butuh diapresiasi dan dipahami, karena apresiasi penonton adalah darah bagi sebuah pentas kesenian. Sementara warga juga butuh hiburan yang dapat mereka pahami. Saya tidak ingin jurang pemahaman ini terjadi lagi.” Imbuhnya.

Bupati Kudus tersebut juga menyampaikan bahwa pihaknya siap mengakomodir aspirasi dari seniman dengan memberikan kemudahan fasilitas untuk dijadikan sebagai tempat berkumpul,”Oleh karenanya, saya mengajak kawan-kawan seniman untuk dapat menggunakan joglo pendopo sebagai tempat berlatih. Masyarakat silakan hadir menyaksikan para seniman berlatih. Diharapkan dengan interaksi yang sering, jurang pemahaman antara warga dengan para seniman akan hilang. Bagi saya, pemerintah harus menjadi jembatan yang mengakomodir harapan dan apresiasi terhadap karya para seniman.” tutup pak Musthofa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline