Lihat ke Halaman Asli

Peristiwa yang Menjadi Tonggak Sejarah (4): Konfusius Mengajarkan Kebajikan di Tiongkok

Diperbarui: 6 April 2023   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konfusius (pixabay/peggy_Marco)

Pemikiran-pemikiran Konfusius sangat memengaruhi alam pikir peradaban Tiongkok selama sekitar 2 milenium setelah kematiannya. Meskipun pada saat hidupnya hampir tidak ada penguasa yang menggunakan pemikirannya dalam politik praktis, namun berkat usaha para muridnya, pemikirannya dapat diterima dan menjadi penuntun bagi peradaban Tiongkok sampai saat ini. 

Oleh sebab itu, peristiwa Konfusius  mengajarkan kebajikan di Tiongkok dapat dipandang sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah dan menjadi peristiwa tonggak sejarah karena menentukan arah peradaban Tiongkok, sebuah peradaban yang saat ini menaungi lebih dari satu miliar orang.

Pribadi dan Karya Konfusius

Menurut berbagai sumber sejarah, Konfusius atau Kong Hu Chu hidup dari sekitar tahun 551 SM sampai sekitar tahun 479 SM. Ia lahir di desa Chang Ping, negeri Lu (sekarang Provinsi Shandong atau Shantung).  Saat itu negeri Lu dipimpin oleh Adipati Xiang. Menurut tradisi yang dirayakan di Asia Timur dan di Taiwan, ia lahir pada tanggal 28 September.

Ayahnya, Kong He, atau yang dikenal juga sebagai Shuliang He, adalah perwira di jajaran militer negara Lu. Sayangnya, sang ayah meninggal saat Konfusius masih berusia sekitar 3 tahun dan ibunya, Yan Zhengzai, menjadi orang tua tunggal yang membesarkan Konfusius.

Pada usia 19 tahun, Konfusius memperistri Qi Guan dan dikaruniai tiga anak yakni Li alias Bo Yu, seorang anak perempuan bernama Kong Rao dan seorang anak laki-laki lagi bernama Kong Li.

Di dalam hidupnya, Konfusius telah menjalani berbagai pekerjaan dan profesi. Ia pernah menjadi penggembala, peternak, penjaga toko, dan pegawai tata buku. Dalam berbagai pekerjaan itu, Konfusius mengubah dirinya menjadi seorang ahli sastra, sejarah, dan puisi dan menciptakan doktrinnya sendiri. 

Tujuan doktrin ini untuk memulihkan perdamaian dan ketertiban. Karena di masa hidupnya ialah masa perang dan konflik di Tiongkok antara banyak negara feodal, dan dia percaya telah menyusun doktrin kebajikan yang dapat membawa kemakmuran kembali ke Tiongkok.

Dia memulai perjalanan panjang selama sekitar 13 tahun mengembara bersama para muridnya antara lain yang paling terkenal adalah Yen Hwei, Tse Kung dan Tse Lu. Mereka mengunjungi negeri-negeri seperti Yi, Wei, Song, Chen, dan Cai. Maksudnya adalah untuk menjual gagasannya mengenai reformasi sosial dan politik. 

Namun nampaknya dia gagal mempopulerkan pikirannya kepada para penguasa karena bertentangan dengan orientasi politik yang umum pada saat itu, di mana para penguasa senang memerintah sebagai penguasa absolut, sementara Konfusius menguasahakan kualifikasi penguasa sebagai tokoh yang memiliki welas asih dan kedisiplinan diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline