Buku dan pengaruhnya dalam memajukan peradaban
Banyak ahli sejarah berpendapat bahwa orang paling berpengaruh di millenium ke-dua adalah Johanes Gutenberg. Daftar figur paling berpengaruh di milenium ke-dua yang dirilis oleh Stasiun TV A&E di Amerika serikat menempatkan Gutenberg di posisi puncak sebagai orang paling berpengaruh. Daftar itu dibuat oleh yang dibuat oleh sejumlah theolog, jusnalis dan ilmuan.
Gutenberg dinilai memiliki pengaruh yang lebih signifikan ketimbang nama besar lain semisal Isaac Newton (yang oleh beberapa kalangan dianggap sebagai ilmuan paling berpengaruh sepanjang zaman). Mesin cetak yang diciptakan Gutenberg dipandang berperan penting dalam mengentaskan buta huruf serta mendorong terjadinya revolusi ilmu pengetahuan.
Sebelum Gutenberg, transfer ilmu berjalan sangat lamban karena semua pengetahuan ditulis secara manual. Buku sangat mahal. Satu buku harganya bisa setara dengan harga sehektar kebun anggur. Karena harganya yang mahal itulah, ilmu pengetahuan hanya berkembang di kalangan bangsawan dan agamawan. Sejak Gutenberg menemukan mesin cetak, buku dapat diterbitkan secara masal. Di mana-mana muncul sekolah-sekolah dan kaum terdidik. Masyarakat umum terliterasi.
Mesin cetak Gutenberg membantu penyebaran pemikiran dan ide. Teori gravitasi Newton dan teori seleksi alam Charles Darwin misalnya, tidak akan memberikan pengaruh luas kalau tidak dibukukan dan disebarkan melalui proses percetakan. Pengaruh langsung mesin cetak juga terasa dalam bidang keagamaan, seperti peristiwa reformasi Gereja oleh Marthin Luther. Ke-95 dalil/tesis melawan Gerja Katolik dan Paus dapat berpengaruh di seantero Eropa dan akhirnya dunia, karena pemikirannya disebarkan melalui alat cetak Gutenberg. Karena mesin cetak Gutenberg, Eropa yang tadinya tertinggal, maju pesat dalam penguasaan ilmu dan teknologi, meninggalkan Cina dan Asia Barat (yang pada abad ke-duabelas lebih maju daripada Eropa). Ketersediaan buku secara masal dan murah merupakan salah satu kunci keberhasilan dunia Barat (Eropa dan Amerika) dalam menguasai IPTEK sampai saat ini.
Kisah mesin cetak Gutenberg dalam memajukan peradaban Barat hendak menyampaikan satu pesan utama: buku berperan penting sebagai faktor penentu kemajuan suatu bangsa. Selain ketersediaan buku, hal yang tak kalah pentingnya adalah budaya literasi yang tinggi. Keberhasilan Eropa dan Amerika tidak terjadi dalam semalam. Masyarakatnya memiliki kehausan akan pengetahuan dan mereka menemukanya secara melimpah dalam berbagai literatur yang tersedia di perpustakaan-perpustakaan mereka.
Keberhasilan dunia Barat ini akhirnya ditiru pula oleh salah satu negera yang paling ambisius untuk memodernisasi masyarakatnya di Asia: Jepang. Restorasi Kaisar Meiji pada abad ke-19 mendorong bangsa itu untuk menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dan teknik bangsa Eropa ke dalam bahasa Jepang. Hasilnya negara feodal yang tertutup dan miskin itu menjelma menjadi negara termaju di Asia, setaraf dengan Eropa dan Amerika. Sampai hari ini, pemandangan orang membaca buku di dalam kereta atau tempat-tempat umum di Jepang adalah hal yang biasa.
Tingginya minat baca di antara masyarakat negara-negara maju menyebabkan mereka memiki ide yang kaya dan kreatif. Pemikiran yang satu memperkaya dan menghidupkan pemikiran lainnya serta melahirkan karya-karya baru. Negara-negara dengan indeks literasi yang tinggi selalu dapat bergerak lebih cepat dan antisipatif menyongsong perubahan sosial, ketimbang negara-negara yang abai dalam budaya literasi.
Minat membaca di negara kita
Berkaca dari kemajuan negara-negara tersebut, kita dapat berkesimpulan bahwa ada korelasi kuat antara kemajuan suatu negara dengan minat membaca warganya. Semakin budaya literasi itu mengakar di suatu negara, maka semakin majulah negara tersebut. Nah, bagaimana dengan negara kita?