Lihat ke Halaman Asli

Perang Saudara Terdahsyat Sepanjang Masa

Diperbarui: 19 Januari 2023   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi perang Bharatayudha (kompas.com)

"Rosto, berikan laporan mengenai status terakhir provinsi Frogsta!" perintah itu keluar dari mulut seorang kaisar dari atas singgasananya. Dialah kaisar Kekaisaran Domus, namanya Kaisar Wagsta.

Perintah itu segera diikuti oleh suara pekikan lantang dari sang pemaklum berita:"Kemarin, tanggal 18 Agustus 2065, pasukan nasional Domus dipukul mundur sampai ke tapal batas provinsi Rostrick. Provinsi Frogsta seluruhnya dikuasai para pemberontak. Untuk sementara Frogsta tidak berada dibawah kedaulatan Kekaisaran Domus. Provinsi Frogsta dinyatakan terhapus dari peta perpolitikan Kekaisaran Domus sampai waktu yang tidak diketahui."

Empat puluh pasang mata di balairung istana siang itu terbelalak ketika pernyataan itu bersarang di dalam telinga mereka.

"Braaak!!!" Kaisar Wagsta berdiri dari takhtanya dan menumbuk meja di hadapannya. Seluruh balairung istana bungkam tak bergeming. Hening sekali. Beberapa bunyi kicauan burung di langit-langit kubah balairung yang tinggi itu terdengar tajam mengiris udara.

"Pasukan Frogsta hanyalah sebutir debu di alas kaki para ksatria Kekaisaran Domus. Tetapi untuk membasmi pemberontakan mereka, kalian bahkan tak menakutkan. Kalian lucu!" teriak sang kaisar berang.

Wajah Kaisar muda itu merah padam. Beberapa menteri malah tersenyum sinis sambil menunduk. Sedangkan yang lainnya melongo tanpa ekspresi. Kenyataan ini memang pahit. Tiga hari lalu pasukan nasional Kekaisaran Domus dibantai oleh satuan pasukan yang masih dianggap amatir oleh segenap warga Domus. Mereka kalah dan tungganglanggang ketika mencoba merebut bukit Lorenz merupakan benteng pertahanan terkuat milik para pemberontak Frogsta.

"Kaisar, aku mohon bicara!" suara itu menggema memecah keheningan yang menegangkan itu. Suara itu keluar dari mulut Jolarda, menteri perekonomian. Entah apa yang ingin diutarakannya. Kaisar masih tetap tidak membalikkan badannya.

"Yang mulia, saya pikir kita tidak perlu menggempur mereka dengan kekerasan. Mereka adalah anak-anak negeri ini, negeri Domus yang mulia. Mungkin saja selama ini mereka merasa dinomorduakan dalam pembangunan ekonomi. Mereka bukanlah para pemberontak. Mereka hanyalah orang-orang kecil yang ingin menuntut keadilan!"

"Cukup! Cukup Jolarda!" seru sang Kaisar sambil berbalik, menuding Jolarda dengan telunjuknya. Wajahnya berkerut, nafasnya terengah. Ia marah sekali.

"Tidak ada yang namanya ketidakadilan ekonomi! Mereka adalah makhluk-makhluk subversif! Para ekstrimis yang harus dibasmi! Mereka adalah para tikus dan kecoa kekaisaran yang harus dibersihkan!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline