Lihat ke Halaman Asli

SBY Mundur

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13402457031423894664

Mencermati gonjang-ganjing politik di Indonesia, salah seorang Presiden negara tetangga angkat bicara. Bukan bermaksud ikut campur urusan dalam negeri negara lain, tapi hanya sekedar berdiskusi dan mengambil hikmah. Sehingga diharapkan, peristiwa di Indonesia, tidak terjadi di negaranya. Tohk kalaupun terjadi, sudah ada referensi sikap yang bisa dijadikan acuan dalam bersikap.

Presiden yang memiliki nama inisial SBY lalu mengumpulkan cecunguk dan para politisi yang selalu mengiyakan apa yang dikatakan olehnya. Pertemuan berlangsung di kediaman pribadi. Bukan di Istana Presiden ataupun istana tempat kerjanya sehari-hari. Karena dia tahu, ini urusan bukan urusan negara ataupun pemerintahan. Tapi ini terkait dengan partai politik yang dia dirikan. Maka terjadilah pertemuan di rumah pribadinya.

Pertemuan dihadiri teman-teman dekat yang dulu bersama-sama dengan dia mendirikan partai ini. Selain itu, para pengurus dari daerahpun diundang. Nah yang tidak diundang adalah pengurus di tingkat pusat dan sang ketua umum. Alasannya, karena inilah ajang untuk mendengar secara langsung dari para pengurus daerah mengenai kondisi terakhir yang dialami partainya. Karena berdasarkan nasihat sang dukun, partainya saat ini sudah tidak mendapat simpatik dari warga negara. Padahal dia adalah seorang presiden.

Dalam pertemuan tersebut, sang presiden mengawali dengan sambutan. Dengan mimik wajah yang sudah ditata dan gerakan tubuh yang juga diatur, sehingga citra yang keluar adalah elegan dan bermartabat, Sang Presiden mulai angkat bicara. “Saudara-saudara sekalian, malam ini di sini kita berkumpul untuk membahas hal penting yang terjadi di partai kita. Menurut informasi dari sang dukun, paratai ini, partai yang saya dirikan dan partai pemenang pemiilu, saat ini sudah tidak disenangi rakyatku lagi. Ada apa gerangan? Nah pertemuan ini saya harapkan bisa hasilkan solusi parmanen mengenai persoalan yang kita alami bersama. Saya berharap yang hadir saat ini bisa memberikan jawaban terhadap persoalan, bukan mempersoalkan persoalan yang ada,” ujar Sang Presiden dalam sambutannya.

Para undangan menyimak dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Karena selanjutnya, sang presiden memberikan kesempatan kepada setiap orang yang hadir untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang dilontarkannya. Giliran pertama yang angkat biacara merespon pertanyaan sang presiden adalah, seorang teman lama yang mendirikan partai tersebut. Dia bilang persoalan yang terjadi di partai saat ini, karena kader-kader partai rebutan uang untuk diberikan ke partai ini sehingga dianggap dan mengangap diri sebagai kader yang berjasa kepada partai. Karena itu, kader-kader partai yang macam begini harusnya dilengserkan saja. “Saya minta kepada teman supaya kita eksekusi saja yang suka main uang di partai yang kita dirikan ini. Karena partai ini kita dirikan di atas dasar simpatik dan empati rakyat,” ungkap konco lawas sang Presiden.

Dari pengurus daerah, ada dua orang yang meminta supaya ketua umumnya yang dilengserkan. Karena menurut dua orang daerah, sang ketua umummerupakan akar penyebab persoalan yang terjadi saat ini. “Saya minta ketua umumnya diganti saja. Ini khan partainya bapak dan bapak ikonnya ini partai. Nah ketua umum ini khan kalau mau dibilang penumpang yang baru diangkut setelah partai ini berjalan. Lho ko tiba-tiba ketua umum ini mau jadi sopir gitu lho,” ujar orang daerah yang disambut tawa para peserta pertemuan yang mulai tegang. Maklum orang daerah ini adalah bekas sopir angkot yang jadi ketua partai di daerahnya. Sehingga kalau bicara tidak jauh-jauh dari kehidupan kesehariannya dulu, sebelum menjadi pimpinan partai.

Setelah pertemuan, acara diakhiri dengan makan malam bersama yang sudah disediakan tuan rumah. Ada nasi goreng kegemaran sang presiden maupun tempe dan tahu. Pokoknya makanannya adalah makanan yang seperti biasa disantap rakyat kebanyakan. Tempe, tahu, soto, rawon, bakso, nasi pecel, ditambah kripik udang dan minumannya teh tawar dan air putih. Tidak ada juice ataupun jenis minuman lainnya. Setelah itu semua pulang dan tinggallah sang presiden dengan sang dukun yang merupakan penasihat spiritual dan politiknya. Satu-satunya orang yang paling dipercaya sang presiden.

Beginilah dialog antara sang presiden dengan dukun :

Presiden (P) : “Pak dukun, bagaimana pertemuan tadi?” tanya Presiden kepada sang dukun.

Dukun (D) : “Pak Presiden mau saya ngomongnya jujur atau hanya mau buat supaya Pak Presidensenang,” ungkap sang dukun balik bertanya.

P : “Udahlah lu ngomong yang jujur ajha. Khan lu juga yang berikan advis supaya aku dirikan partai ini. Padahal saat itu khan aku hanya seorang mentri,” kata sang presiden.

D: “Ok...kalu lu mau saya jujur, lu harus konsekwen dong. Mau ngak. Karena akhir-akhir ini lu udah ngak komitmen lagi. Kadang melempem kayak krupuk. Bahkan ada yang bilang lu tuh jenderal otaknya kopral. Aku khan jadi malu sebagai teman akrabmu,” celoteh sang dukun.

P: “Ok...kalau selama ini saya begitu seperti yang tadi lu sampaikan, itu semua demi pencitraan bos. Udahlah lu ikuti ajha. Lu harus ngomong jujur ya. Gimana advis lu untuk masalah yang saat ini aku hadapai,” desak sang presiden.

D: “Udahlah kalo gitu, aku usul lu aja yang mengundurkan diri dari partai. Karena sebagai ketua dewan pembina, lu udah gagal membina kader-kader partai lu. Yang lu buat selama ini hanya menjaga citra dan mencitrakan. Lu ngak buat apa-apa. Buktinya, negara yang lu pimpinan ini, udah masuk kategori negara gagal. Dikit lagi ambles. Jadi sebaiknya lu undur diri dari partai dan biarkanlah mereka yang bertarung di medan politik. Gimana bos, setuju ngak,” tanya sang dukun.

P : “Ya udah kalau gitu, aku pikir-pikir dulu ya. Oya nanti aku bilang dulu sama mamanya anak-anak. Khan kasian ada anak kita juga yang di situ,” respon sang presiden.

D; “Itu khan aku udah pikir, pasti yang jadi pertimbangan keluarga lu. Makanya sejak awal khan aku udah bilang ngak usah bawa-bawa keluarga. Lu sih ngak konsekwen,” celutuk sang dukun.

P : “Ya udah kita sudahin pertemuan ini. Besok aku mau ke luar negeri. Lu mau ikut ngak. Oya ajak sekalian dengan teman-teman wartawan ya....,” kata sang presiden akhiri percakapannya.

Besoknya muncul berita di media dengan Head Line yang berjudul : SBY MUNDUR. Nah ternyata di dalam tubuh berita SBY itu merupakan inisial dari Saya Bukan Yudhoyono. Diberitakan SBY mundur karena ingin konsen mengurus rakyatnya. Karena negara yang dipimpinnya sudah masuk dalam kategori negara gagal. Selain itu, SBY mengangap dirinya telah gagal membina kader-kader partainya sehingga akhirnya dibenci rakyatnya sendiri. Saya Bukan Yudoyhono lho....makanya saya mundur dari partai yang saya gagal bina ini.

[caption id="attachment_189512" align="alignright" width="300" caption="Nas...Loe Urus Ya Partai kita...Gue Urus negara ajha the...."][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline