Lihat ke Halaman Asli

Parhorasan Situmorang

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Y. B. Mangunwijaya, Melihat Arsitektur dalam Bingkai Puisi

Diperbarui: 4 Desember 2016   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber. Wikimedia

Di peta sastra Indonesia, Yusuf Bilyarta Mangunwijaya dikenal luas sebagai novelis mumpuni, tetapi tidak dikenal sebagai penyair. Salah satu puisinya yang terlacak adalah puisi yang berada satu kanvas dengan lukisan yang dibuatnya. Pada lukisan itu di hamparan tampak seorang manusia bernama Thalib berdiri, sendirian, ada siluet bayangan tubuhnya di pantai. Di hadapan si Thalib, ada goresan pena Mangunwijaya:

Hening ingin di bising badai

Nahkoda

Kan menyerah

Terundung tanya damba damai

Rahmat di balik gelisah

Menyentuh

Si Thalib

Setia satu-satunya syukur

Puisi “kata-kata” yang ditulis Mangunwijaya memang sedikit. Namun, apabila kita menyimak filosofi Mangunwijaya ketika mengarsiteki sebuah bangunan, dan cara dia memandang sebuah bangunan, serta defenisi puisi, sesungguhnya Mangunwijaya adalah penyair besar dengan puluhan karya puisi yang bahkan mendapat penghargaan internasional, salah salah satunya di kawasan Kali Code Yogyakarta yang meraih penghargaan Aga Khan. Karya arsitekturnya di Kali Code adalah puisi.

Puisi tidak di sisi lawan prosa, tetapi di sisi oposisi terhadap yang wadaq teknis kalkulatif melulu. Wastu pada ketiga-tiganya, teknik, prosa, puisi. Tetapi bila arsitektur wastu ingin berpredikat manusiawi berkualitatif tinggi, ia tak pernah akan melupakan puisi. Puisi yang telah menjadi wastu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline