Sering kali dalam percakapan ibu-ibu muncul kalimat "kita dulu sewaktu masih anak-anak tidak seperti anak-anak zaman sekarang, anak zaman now. Anak-anak dulu lebih tahu bersopan santun, lebih ramah, lebih ceria dan mudah bergaul. Anak sekarang, jangankan ramah atau mau menyapa, dipanggilin orang tua pun lebih banyak tidak mau dengar dan tidak mau menyahut, jika pun anak menyahut pasti dengan nada yang tinggi. Kalau anak-anak dulu bernada tinggi pada orang yang lebih tua mana berani".
Ini membuktikan kepada kita bahwa telah terjadi pergeseran pola asuh dan cara mendidik anak dari zaman ke zaman. Apalagi generasi zaman now sekarang ini lebih suka menatap layar dalam genggaman dari pada bergaul tatap muka dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Bahkan bukan hanya terjadi pada anak-anak, orang tua pun menjadi semakin berkurang waktunya untuk bercengkrama dengan anak karena kesibukan pekerjaan ataupun kecanduan pada gadgetnya.
Pergeseran pola asuh inilah yang menyebabkan penerapan tata krama ikut bergeser menjadi berkurang, dan dikhawatirkan jika tidak dibenahi dari keluarga, maka lama kelamaan penerapan tata krama ini akan punah karena anak-anak tersebut tidak mendapat contoh teladan dan pemahaman sejak awal, sehingga mereka pun tidak mengerti apa yang seharusnya dilakukan.
Perlu kita sadari bahwa mempelajari tata krama dengan baik merupakan bekal bagi anak dalam menjalani kehidupan. Karena didalam tata krama ada prinsip-prinsip yang didasarkan pada kesadaran akan keberadaan orang lain dan rasa saling menghormati. Prinsip-prinsip tersebut membekali anak untuk memperlakukan orang lain dengan baik dan penuh empati sambil mempertimbangkan perasaan orang lain. Dengan demikian anak akan lebih percaya diri dalam bertindak, karena anak tahu persis apa yang seharusnya dilakukan. Seiring dengan pertumbuhan rasa percaya diri anak, maka bertumbuh jugalah kemampuannya untuk memikirkan orang lain dalam menjalin hubungan yang menyenangkan dengan orang lain.
Pengenalan tata krama yang telah dilakukan sejak masih sangat dini, akan mempermudah anak menguasai diri dan mengalami penerimaan yang lebih cepat saat berada di lingkungan baru. Tidak bisa dipungkiri, anak yang melakukan tata krama akan sering mendapat pujian dan disenangi oleh banyak orang. Juga jika itu terus diterapkan dan dikembangkan secara konsisten, maka tata krama ini akan menjadi kebiasaan yang membangun karakter dirinya hingga ia menjadi dewasa nanti. Anak akan menjadi pribadi yang mampu menjaga martabat bangsa Indonesia yang dikenal memiliki budaya santun, berani, saling menghormati, dan sebagainya.
Semua itu butuh proses yang konsisten dan tidak instan. Lalu, kapan waktu yang tepat mengenalkan tata krama pada anak?
Pada tahap awal, anak yang baru lahir akan belajar menghormati dan mengasihi lewat cara orang tua memperlakukannya dengan penuh kasih sayang dan lemah lembut. Selain sentuhan, orang tua juga perlu terus mencontohkan ucapan-ucapan yang sopan kepada anak, termasuk kata ajaib maaf, tolong, terima kasih dan permisi. Meskipun bagi pemikiran orang dewasa, anak kecil itu tidak tahu apa-apa, tapi sesungguhnya anak-anak yang kecil itu sedang merekam apa yang kita lakukan dan mengasah kepekaannya terhadap orang lain.
Kenalkan juga tata krama menyapa kepada anak segera setelah ia terlahir di dunia. Ketika Neneknya datang mendekatinya kita bisa mengenalkan sapaan Nenek kepada anak kita, demikian juga sapaan yang ditujukan kepada orang lain yang berbeda-beda sebutannya. Kita juga bisa membantu mengarahkan tangan anak-anak untuk berjabat tangan, sekalipun belum ada refleksnya. Menyapa dengan sapaan yang tepat dan ramah adalah salah satu tata krama positif yang sudah sering ditinggalkan oleh generasi zaman now.
Seiring bertambahnya usia anak, maka kita juga perlu secara konsisten mengenalkan tata krama yang lainnya secara verbal dan terutama secara teladan. Misalnya tata krama bertamu ke rumah orang lain, diawali dengan mengetuk pintu dan memanggil dengan cara yang sopan, melepaskan alas kaki sebelum masuk ke rumah orang lain atau mengganti alas kaki dengan yang sudah disediakan oleh tuan rumah, dan sebagainya.
Kita bisa mengenalkan kepada anak dengan memberinya pemahaman dan menunjukkan contohnya. Bisa juga mengijinkan anak untuk melakukannya dengan kendali kita. Misalnya kita memegang tangannya untuk mengetuk pintu supaya anak mengerti seberapa keras pukulan yang dilakukan saat mengetuk, mengajaknya membuka alas kaki bersama-sama dan di letakkan dengan rapi bersebelahan dengan alas kaki kita.