Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY mempunyai sebuah kawasan mangrove. Aksesibilitas ke Dusun Baros, Desa Tirtohargo cukup mudah, akan tetapi untuk sampai ke lokasi mangrove harus ditempuh melalui jalan tanah sepanjang kurang lebih 1 km. Jalan menuju lokasi mangrove saat ini sudah dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Jarak dari Kota bantul adalah 16 km ke arah selatan sedangkan jarak dari Ibu Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 25 km. Kawasan Mangrove Baros terletak di Muara Sungai Opak, yang merupakan salah satu sungai di Yogyakarta yang mempunyai hulu di Merapi dan juga melintasi kawasan karst Gunung Sewu, sehingga material yang terbawa oleh sungai ini adalah campuran antara pasir vulkanik dan juga tanah liat dari kawasan karst yang kemudian mengendap di Kawasan Mangrove Baros tersebut. Banjir, pindah mulut muara, arus laut kuat, dan temperatur tinggi, merupakan fenomena yang melekat di kawasan ini (KP2B, 2011: 2). Penanaman vegetasi mangrove ini dimulai sejak tahun 2003 oleh Kelompok Pemuda-pemudi Baros (KP2B) dan didukung oleh LSM RELUNG Yogyakarta dengan harapan Kawasan Mangrove Baros dapat menciptakan konservasi alamiah untuk daerah sekitar muara Sungai Opak tersebut dari abrasi yang sering mengancam lahan pertanian masyarakat setempat (KP2B, 2011: 3). Karena dekat pantai maka topografi lokasi penanaman vegetasi mangrove adalah berupa hamparan lahan datar yang sangat luas. Lahan-lahan yang berdekatan dengan pantai adalah lahan yang terbentuk karena proses sedimentasi yang biasa disebut sebagai tanah timbul (lokal: wedi kengser). Areal pertanian yang ada di tanah timbul dan sekitarnya inilah yang seringkali terancam oleh adanya abrasi dan juga banjir (KP2B, 2011: 4). Selain untuk konservasi alamiah, Kawasan Mangrove Baros juga cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai laboratorium alam atau sumber belajar terutama mengenai materi ekosistem. Meskipun Kawasan Mangrove Baros merupakan ekosistem mangrove buatan namun vegetasi maupun hewan khas mangrove yang ada di dalamnya sudah cukup kompleks. Kawasan mangrove merupakan ekosistem yang spesifik sehingga tumbuhan dan hewan yang menghuni ekosistem tersebut juga spesifik dan tidak ditemukan pada ekosistem lain pada umumnya. Hanya tumbuhan dan hewan jenis tertentu saja yang mampu bertahan hidup di ekosistem tersebut, yaitu yang mempunyai toleransi besar terhadap kondisi fisik dan khemik kawasan mangrove, seperti tumbuhan Rhizophora, Avicennia, Brugueira, dan Nypha, begitu pula hewan penghuni ekosistem mangrove juga khas seperti ikan gelodok, Uca, Scylla, dan berbagai jenis mollusca. KP2B. 2011. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Penyelamatan Lingkungan. Yogyakarta: Kelompok Pemuda-pemudi Baros.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H