Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Dampak Sistemik WFH Corona, Angka Kelahiran Melonjak Tinggi?

Diperbarui: 20 April 2020   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Ibu dan Bayi (Foto: Shutterstock via Kompas.com)

Kalau dihitung, 9 bulan dari sekarang adalah Januari 2021. Kalau dari Mei 2020 maka 9 bulan berikutnya adalah Februari 2021. Demikian seterusnya.

Lalu mari kita berharap wabah corona akan berlalu pada Mei 2020 nanti, lalu apa kira-kira peristiwa unik yang terjadi pada Februari 2021 nanti? Kabar gembira tentu saja, yakni melonjaknya angka kelahiran.

Jika pasangan suami-istri mempunyai banyak waktu untuk berdiam di rumah, maka prediksi melonjaknya angka kelahiran tak lagi mengagetkan, bukan? Menurut saya, terdapat dua faktor yang pada akhirnya bisa membuktikan prediksi ini. Paling tidak, mendekati deh.

Pertama, durasi waktu berdiam di rumah yang cukup lama. Kedua, kurang optimalnya peran penyuluh Keluarga Berencana (KB) di lapangan akibat wabah corona. Masih ada yang ketiga? Silakan ditambahkan kalau masih ada.

Soal faktor pertama, sepertinya tidak perlu dibahas terlalu panjang. Saya yakin pasangan suami-istri sudah sangat memahaminya dengan baik. Masa ikan diajarin berenang? Sekarang mari kita loncat ke faktor nomor dua, yakni terbatasnya ruang gerak para penyuluh KB di lapangan terutama di daerah-daerah.

Dengan waktu dan ruang gerak yang sangat terbatas, penyuluh KB sangat bisa dimaklumi apabila tidak leluasa menjalankan tugasnya. Sang tuan rumah yang hendak didatangi pun sangat mungkin tak lagi 'welcome' menerima penyuluh KB.

Boro-boro mau pikirin KB, bodo amat. Alhasil, ritual suami-istri pun menjadi rentan 'bablas' dan tak terkendali. Meminjam istilah kasus Bank Century di masa lalu, WFH corona ini pun dapat berdampak sistemik terhadap angka kelahiran.

Ternyata, dampak kerja dari rumah (work from home/WFH) terhadap tingkat kelahiran sudah dikaji Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Petugas KB tetap diminta untuk melakukan penyuluhan meski harus menyiasatinya lewat penggunaan teknologi. BKKBN bertekad akan tetap mampu mengendalikan angka kelahiran di tengah pertarungan melawan corona.

Meski BKKBN mengubah pola kerjanya dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, tetap saja angka kelahiran bakal melonjak di tahun depan. Sekali lagi, ini hanya prediksi saya saja dengan mempertimbangkan kedua faktor tadi.

Masalahnya, mengutip data BKKBN, angka kelahiran di Indonesia dalam dua tahun terakhir ternyata mengalami kenaikan. Itu berarti, akan sangat mungkin terjadi peningkatan lagi di tahun 2021 sebagai dampak WFH corona. Padahal, dengan peningkatan angka kelahiran saat ini, BKKBN pun sudah mengaku 'galau' lantaran khawatir terjadinya ledakan jumlah penduduk di Indonesia.

"Perempuan usia subur di 2017 angkanya masih 2,4 lalu turun beberapa poin di 2018 menjadi 2,38. Tetapi sekarang angka ini kembali naik menjadi 2,45, yang menandakan rata-rata perempuan usia subur di Indonesia memiliki anak lebih dari 2 orang."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline