Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Menangkap Dalang Penyerang Novel Ibarat Memeluk Angin

Diperbarui: 29 Desember 2019   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tribunnews

Coba Anda peluk angin. Saya jamin tidak akan bisa. Gagal terus. Sebab memang tidak ada wujudnya. Beda dengan bantal guling. Kira-kira, begitulah yang bakal terjadi atas kasus yang menimpa Novel Baswedan, penyidik senior di KPK. 

Seorang mantan polisi yang selama dua tahun lebih menantikan pelaku penyerangan atas dirinya. Disiram air keras hingga menyebabkan salah satu indra penglihatannya mengalami cacat.

Memang sih, sudah ada dua anggota Polri aktif yang telah ditetapkan sebagai tersangkanya. Namun, publik masih saja menantikan siapa sesungguhnya dalang di balik peristiwa itu. 

Konon, ada keterlibatan petinggi Polri di balik kejadian itu. Akan tetapi, seperti saya singgung di atas, mengungkap siapa otak penyerangan Novel rasanya seperti memeluk angin. Kenapa?.

Pertama, dari keterangan Novel sendiri selama ini. Yakni soal adanya 'orang kuat' di balik peristiwa tersebut. Bahkan, Novel sampai harus meminta intervensi langsung dari Presiden Jokowi. 

Novel sangat paham hanya Presiden sebagai Panglima Tertinggi yang memiliki kuasa untuk menuntaskan kasusnya. Selain Presiden, tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Itu membuktikan bahwa dalang penyerangan tersebut memang bukan orang sembarangan.

Dari gelagat Novel selama ini, kita sebenarnya sudah bisa menyimpulkan bahwa ia sebetulnya sudah mengetahui atau menduga kuat pihak yang menyerang dirinya. 

Akan tetapi, sebagai penegak hukum, Novel juga tak bisa asal sembarangan menuduh tanpa bukti. Alhasil, Novel melempar bola panas itu kepada Presiden. Pada saat yang sama, Presiden pun saya rasa juga sudah tahu siapa dalangnya. Hanya saja, dalang tersebut memang orang kuat, yang membutuhkan kehati-hatian. Ada dampak politik yang perlu diwaspadai.

Kedua, dari kemampuan Polri yang selama ini sangat piawai membongkar kasus-kasus serupa. Peristiwa yang jauh lebih rumit sekalipun dari kasus Novel masih bisa dibongkar polisi. 

Kemampuan intelijen dan penyelidikan Polri tentu tak perlu diragukan lagi. Tetapi faktanya, khusus kasus Novel seolah terjadi penyumbatan. Berganti Kapolri dan berganti Kabareskrim berkali-kali, tak kunjung tuntas.

Barulah di bawah Kapolri baru yakni Jenderal Idham dan Kabareskrim baru yakni Komjen Listyo, penyerang Novel akhirnya ditangkap. Pertanyaannya, apakah Kapolri dan Kabareskrim sebelumnya tidak mampu mengusut atau memang enggan mengusut? Saya lebih memilih yang terakhir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline