Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Skenario Happy Ending Jokowi-FPI

Diperbarui: 28 November 2019   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tribunnews

Hampir semua cerita selalu ditutup happy ending. Akhir yang bahagia. Menyenangkan bagi aktor utama yang diplot sebagai pahlawan atau karakter yang dianggap membawa kebenaran. Kalau kata orang Medan, "anak mudanya" selalu menang di akhir laga. Sedangkan "banditnya" pasti menang di awal hingga pertengahan laga. Puncaknya, anak muda mengalahkan bandit pada akhir cerita. Penonton lantas tersenyum, puas dengan alur ceritanya.

Namun tak selamanya bandit harus dikalahkan. Ada kalanya anak muda dan bandit malah berdamai di ujung laga. Tidak ada korban yang jatuh. Saling merangkul. Kisah yang berakhir antiklimaks seperti itu memang jarang ditemukan di karya fiksi. Penonton pasti kecewa dengan alur seperti itu. Lantaran tak ada pecundangnya sehingga tak ada pahlawan yang layak diagungkan.

Abrakadabra....di dunia nyata semua bisa terjadi. Yang tadinya bermusuhan tetapi di ujung cerita malah asyik bercengkerema. Saling merangkul. Itulah yang disuguhkan dalam pentas politik nasional saat ini. Ketika perpanjangan izin FPI kemungkinan besar akan diperpanjang pemerintahan Jokowi. Sangat kontras dengan beragam pernyataan Presiden yang mengklaim tak akan pandang bulu terhadap ormas yang dinilai radikal. Gebuk, istilah Presiden.

Padahal sebelumnya, FPI menjadi salah satu ormas yang diincar pemerintah. Alasannya beragam meski FPI sendiri selalu membantah. Terkini, Menteri Agama Fahrur Razi mengaku menjadi pihak yang pertama mendorong perpanjangan izin FPI. Itu karena FPI sudah berikrar setia terhadap Pancasila dan UUD 1945. Tidak ada masalah lagi terhadap FPI.

Sebagian publik sebagaimana tertangkap dalam banyak respon di media sosial langsung "menghakimi" Jokowi. Tagar #JokowiTakutFPI kemudian bergema di jagat twitter. Jokowi dicap tidak konsisten dengan pernyataannya. Apalagi, Menteri Fahrur yang di awal menjabat langsung tancap gas mengkampanyekan anti radikalisme. Tapi faktanya, Jokowi sudah memberi sinyal perpanjangan izin FPI.

Alur cerita pun berantakan. Dari yang tadinya berjalan sesuai harapan pemirsa, kini harus rela menerima akhir cerita yang lain dari biasanya. FPI yang sebelumnya diposisikan sebagai bandit dan lazimnya kalah di ujung cerita, justru tetap aman karena anak muda batal melakukan pembalasan. Bahkan, anak muda mempersilakan bandit untuk bekerjasama.

Pertanyaannya, kenapa Jokowi harus memilih plot cerita yang happy ending? Ini sangat menarik dicermati lebih dalam ketimbang langsung menghakimi Jokowi. Tampaknya ada potongan cerita yang masih ingin dilanjutkan Jokowi. Bila boleh menebak, saya yakin happy ending ini berkaitan erat dengan kembalinya Ahok ke panggung politik. Menjadi petinggi di Pertamina.

Nah, penunjukan Ahok itu tentu saja tak gratis. Ada deal-deal tertentu di baliknya terutama terhadap kalangan yang selama ini tidak menyukai Ahok seperti FPI. Sebab bagaimanapun, FPI tidak boleh dianggap remeh, ia adalah organisasi besar dan terorganisir dengan cukup baik. Dalam kaitan inilah Jokowi mengambil jalur pintas dengan merangkul FPI ketimbang terus-menerus memusuhinya. Dan, Ahok menjadi jembatan perdamaian Jokowi dan FPI.

Selanjutnya, jangan kaget kalau pendiri FPI Habib Rizieq Shihab (HRS) tak lama lagi akan pulang kampung ke Tanah Air. Dugaan kasus yang menimpa HRS bisa ditebak akan dihentikan. Kasusnya ditutup demi kestabilan politik nasional. Bukankah hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu? Betul sekali, tetapi jangan lupa bahwa hukum itu sendiri merupakan produk dari politik. Keduanya saling berkaitan sangat erat, tidak bisa dilepaskan satu sama lain.

Skenario happy ending Jokowi-FPI pada akhirnya diharapkan membawa ketenangan dan kenyamanan bagi semua pihak. Bagi Jokowi maupun FPI itu sendiri. Tidak ada lagi kegaduhan politik yang rawan menghambat visi Indonesia Maju.

Itu menurut saya, entah menurut Anda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline