Kaget juga saat membaca cuplikan data dari Bank Dunia (World Bank) yang ditayangkan di akun twitter @spectatorindex. Sebuah data yang menerangkan jumlah peneliti di sebuah negara yang dibandingkan dengan satu juta jumlah penduduknya (researchers per million people).
Tak disangka, Israel muncul di urutan pertama dengan jumlah 8.250 peneliti. Dengan kata lain, dari satu juta penduduk Israel, terdapat sebanyak 8.250 penduduk yang mengabdi sebagai peneliti.
Adapun di posisi kedua adalah Swedia (7.153), disusul Korea Selatan (7.113), Jepang (5.210), dan seterusnya. Adapun Malaysia berjumlah 2.274 peneliti per satu juta penduduk.
Saya kemudian mencari berita soal ini lewat mesin pencari. Ternyata belum ada media massa berbahasa Indonesia yang mengangkat beritanya. Barangkali, karena masih baru dirilis. Berbeda dengan media berbahasa Inggris yang langsung berlomba mengulasnya dari berbagai sudut pandang.
Salah satunya dailytimes.com yang membandingkan jumlah peneliti India dan Pakistan. Diketahui, Pakistan merupakan negara pecahan dari India, yang ternyata saat ini sudah "melampaui" jumlah peneliti di negara induk. Pakistan kini memiliki 294 peneliti per satu juta penduduk. Adapun India terpaut sedikit dengan jumlah 216 peneliti per satu juta penduduk.
Terus, Indonesia berapa dong? Tak sampai 100 atau lebih tepatnya 89 peneliti dari satu juta penduduk. Bila dikalikan dengan total penduduk Indonesia sebanyak 270 juta jiwa, maka jumlah peneliti Indonesia adalah sebanyak 24.030 orang. Atau empat kali lebih banyak ketimbang jumlah peneliti di Israel.
Memang jumlah peneliti Indonesia lebih banyak ketimbang Israel. Tetapi jangan salah, total penduduk Israel saat ini hanya sekitar 9 juta jiwa saja. Andaikata Israel dihuni 27 juta penduduk, maka jumlah penelitinya akan sama dengan jumlah peneliti Indonesia yang berpenduduk 270 juta jiwa.
Tentu tak perlu dipertanyakan lagi apa sih gunanya peneliti dan penelitian itu? Negara-negara maju sudah membuktikannya. Seperti Israel sendiri, juga Amerika Serikat yang kini dikenal sebagai negara adidaya.
Termasuk beberapa negara di Eropa yang getol menggelar penelitian. Di Asia sendiri, Korea Selatan, Jepang, dan Malaysia terus berlomba-lomba menciptakan peneliti dan penelitian.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia yang masih sangat tertinggal jauh? Tak perlu jauh-jauh bermimpi menyaingi Israel. Sebab dari Malaysia, Jepang, dan Korea saja masih cukup jauh terpaut.
Nah, mumpung baru diangkat Presiden Jokowi, ini mungkin cocok sebagai masukan bagi para Staf Khusus Milenial. Yakni bagaimana caranya mengejar ketertinggalan Indonesia dari negara lain khususnya di bidang penelitian.