Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Elang Bondol Maskot Jakarta, Dulu Diburu Kini Dilestarikan

Diperbarui: 14 Agustus 2019   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Elang Bondol (Pertamina.com)

Namanya terdengar lucu: Elang Bondol. Tapi jangan salah, jenis burung satu ini bukan sembarang burung. Elang Bondol dengan nama latin Haliastur Indus, ini merupakan satwa maskot Provinsi DKI Jakarta. Di perhelatan Asian Para Games Jakarta 2018 lalu, elang Bondol juga diplot sebagai maskot.

Elang Bondol, mengutip pemberitaan Kompas.com, merupakan spesies yang tinggal di Kepulauan Seribu. Burung ini sangat mudah dikenali karena memiliki bulu putih yang menutup kepala sampai leher dan punggung berwarna cokelat kemerahan. Dewi Malia Prawiradilaga peneliti burung dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, hanya elang bondol yang memiliki warna bulu cokelat kemerahan.

Selebihnya, elang Bondol punya kemiripan dengan jenis elang lain, seperti paruh melengkung dan runcing serta cakarnya yang sangat tajam. Burung bersayap lebar ini banyak hidup di pohon bakau, tepi pantai, pulau, maupun sepanjang aliran sungai. Habitatnya memang di perairan dan kerap memangsa ikan.

Sayangnya, keberadaan Elang Bondol kini terancam punah. Selain akibat perburuan ilegal manusia, spesies ini juga kian berkurang lantaran penyusutan habitat asli seiring makin banyaknya pembangunan. Saat ini, Elang Bondol menjadi salah satu satwa yang dilindungi sesuai UU No.5 Tahun 1990 dan diatur dalam PP No.106 Tahun 2018.

Dilestarikan di Pulau Kotok

Lokasi Suaka Elang Bondol (Pertamina.com)

Beruntung, populasi Elang Bondol sejauh ini masih bisa dipertahankan agar jangan sampai punah. Karena habitatnya memang di perairan, Pulau Kotok yang merupakan salah satu pulau di Kepulauan Seribu dipilih sebagai tempat pelestarian Elang Bondol. Di pulau ini, kini terdapat 29 Elang Bondol.

Untuk menuju Pulau Kotok, harus menempuh perjalanan sekitar 60 menit menggunakan kapal cepat dari penyebarangan di dermaga Marina Ancol ke dermaga Pulau Kotok. Setibanya di pulau, pengunjung akan disambut dengan kandang raksasa bertuliskan "Sanctuary". Yakni kandang berisi beberapa Elang Bondol yang 'cacat' sehingga tidak bisa dilepasliarkan lagi.

Mengutip pemberitaan detikcom, pelestarian satwa langka ini mulai dilakukan lembaga Jakarta Animal Aid Network (JAAN) sejak tahun 2005. Program yang dilakukan yakni Sanctuary (suaka) bagi Elang Bondol, dengan kondisi fisik beragam. Menurut Benvika pengurus JAAN, di dalam kandang tersebut, terdapat Elang Bondol yang mengalami patah sayap sehingga tidak bisa terbang, atau matanya luka karena terkena jaring penangkap burung.  

Konservasi Elang Bondol di Pulau Kotok dibagi dalam beberapa bagian. Yakni apabila Elang Bondol kondisi fisiknya baik, akan masuk ke kelompok treatment 1 yakni berada dalam kandang besar, diberikan pakan ikan mati di dalam kolam buatan. Perlahan,  akan mulai mencoba pakan ikan hidup untuk merangsang naluri Elang berburu ikan, saat nanti dilepas ke alam bebas.

Jika lulus maka Elang Bondol akan masuk dalam kelompok treatment 2. Di kelas ini, Elang Bondol sudah mulai agresif. Diberikan pakan ikan hidup, dan Elang akan dipisah satu sama lain.

Elang Bondol di Dalam Kandang (Pertamina.com)

Selanjutnya Elang Bondol akan dibawa ke kelompok SOS 2 atau tempat sosialisasi. Di dalam area SOS 2, tidak boleh terdengar suara manusia, atau kegaduhan. Karena di tempat kandang semi terbuka ini, Elang Bondol di 'tes' kemampuannya hidup mandiri, untuk selanjutnya dilepasliarkan.

Dalam upaya pelestarian, PT Pertamina (Persero) sejak 2017 turut menggandeng JAAN untuk menjaga populasi Elang Bondol. Melalui Terminal BBM Jakarta Group, Pertamina mendukung konservasi satwa yang dijuluki 'layang-layang sang Brahma' tersebut dengan menyokong dana perawatan hingga lebih dari Rp 1 miliar hingga saat ini. Sebagiannya merupakan dana yang dihimpun dari pendaftaran kegiatan Ecorun 2018, sebesar lebih dari Rp 500 juta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline