Mari sejenak membayangkan Fadli Zon menjadi Menteri Perdagangan. Tak apa-apa kan, toh tidak ada larangan bila sekadar membayangkan. Yang salah itu kalau memaksakan, jelas melanggar aturan dalam hal ini hak prerogatif Presiden menunjuk para calon menterinya.
Bukan tanpa dasar, Fadli Zon yang seorang politisi kawakan Gerindra memang santer beredar di media sosial sebagai salah satu menteri Jokowi di periode kedua. Namanya masuk dalam daftar menteri yang banyak beredar di grup WhatsApp. Konon, Wakil Ketua DPR ini akan diplot sebagai Menteri Perdagangan.
Yuk berandai-andai Fadli Zon mengurusi sektor Perdagangan. Kemungkinan, langkah pertama yang akan dilakukan Fadli adalah membereskan masalah impor pangan. Fadli akan berkata: "Masa negeri agraris masih impor beras, garam, dan bawang putih? Itu sangat aneh".
Lalu, Fadli akan membangun komunikasi intensif dengan rekan setimnya dalam hal ini Menteri Pertanian, Kepala Bulog, di bawah supervisi Menko Perekonomian. Fadli yang sudah malang melintang di Senayan juga akan dengan mudah melakukan lobi-lobi ke parlemen. Mencari dukungan dari wakil rakyat yang terhormat. Beres.
Tapi yang menjadi repot adalah ketika kinerja Kepala Bulog dan Menteri Pertanian kurang sinkron dengan Fadli. Mirip-mirip dengan yang terjadi sekarang. Keran impor pangan dibuka sementara stok dalam negeri diklaim melimpah. Masih ingat kan perseteruan Menteri Perdagangan Enggartiasto dan Kabulog Budi Waseso beberapa waktu lalu?
Kira-kira bagaimana nanti reaksi Fadli Zon andai kasus seperti itu terulang kembali? Tak terbayangkan jika Fadli keceplosan, lalu berujar: "Ini negeri salah urus, Presidennya ngapain aja?"
Gubrak....!!! Fadli Zon lupa posisinya. Masih mengira berada di tempat oposisi hingga leluasa menyerang pemerintah. Tak lama, Presiden Jokowi langsung mengumumkan reshuffle kabinet. Fadli Zon dicoret dan digantikan menteri baru.
Begitulah kira-kira seandainya Fadli Zon masuk dalam kabinet Jokowi. Itu menurut saya, entah menurut Fadli Zon. Walau rambut sama hitam, dalamnya hati siapa yang tahu, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H