Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Darwin Siagian dan Mitos Satu Periode Bupati Tobasa

Diperbarui: 1 Agustus 2019   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bupati Tobasa Darwin Siagian (Facebook/Kominfo Tobasa)

Darwin Siagian adalah pensiunan PNS yang mengabdi cukup lama di Papua. Puncak karirnya di salah satu kabupaten di Papua adalah Kepala Dinas Perhubungan. Maka jangan ragukan pengalamannya soal bagaimana membangun infrastruktur jalan atau jembatan, misalnya. 

Di Papua, kondisi alam seperti gunung, hutan, dan sungai sangat menantang. Perlu keahlian khusus. Belum lagi persoalan sosial-budaya setempat yang kerap membuat kepala pening. Jika tak piawai, pembangunan rawan terbengkalai akibat penolakan masyarakat setempat. Beruntung, Darwin sukses menunaikan tugas mahaberat itu.

Berbekal jam terbang di Papua itulah yang kemudian menimbulkan rasa percaya diri Darwin untuk berlaga di Pilkada Tobasa 2015 lalu. Darwin pulang kampung, ingin membangun tanah kelahirannya sendiri, Kabupaten Tobasa, Sumut.

"Jangankan Tobasa yang alamnya masih cukup bersahabat, di Papua sekalipun saya sudah lulus ujian", begitulah janji kampanye Darwin. Singkat cerita, Darwin bersama pasangan calon wakil bupati Hulman Sitorus sukses memenangi Pilkada. Dilantik sebagai Bupati Tobasa periode 2015-2020.

Mitos Satu Periode

Di Tobasa, belum ada bupati yang berkuasa dua periode. Sejak Pilkada pertama digelar secara langsung 2005 lalu. Saat itu, Monang Sitorus menang walau di tengah jalan terseret kasus korupsi. Lima tahun berikutnya, giliran Kasmin Simanjuntak yang tampil sebagai pemenang. Lagi-lagi, Kasmin tersandung korupsi hingga tak berkesempatan untuk berlaga di Pilkada kedua.

Pada 2015, Monang Sitorus yang telah bebas dari penjara, kembali menguji peruntungan. Namun ia dikalahkan oleh Darwin. Mitos satu periode Bupati Tobasa pun tak terelakkan. Selalu ada saja kasus yang menghalangi petahana bertanding di ronde kedua.

Berbeda dengan tetangga Tobasa yakni Taput dan Humbahas, yang bupati petahananya pernah mencicipi dua periode.

Jerat Isu Korupsi

Penyebab kegagalan dua mantan bupati Tobasa melaju ke ronde kedua adalah isu korupsi. Sehingga bisa disimpulkan, Darwin berpeluang untuk maju kedua kalinya pada 2020 nanti. Tentu dengan catatan, Darwin tidak terjerat korupsi sebelum Pilkada digelar.

Sementara sejauh ini, nama Darwin masih bersih. Meskipun harus diakui, pemberitaan isu korupsi Darwin sudah mencuat sejak tahun lalu. Antara lain soal dana PKK Tobasa. Namun karena belum ada kejelasan status hukumnya, Darwin masih bisa dikategorikan "bersih".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline