Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Ada Apa dengan Luhut?

Diperbarui: 25 Juli 2019   15:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Facebook Luhut Panjaitan

Segarang apapun manusia, dia tetaplah manusia. Punya rasa punya hati. Tak peduli seorang pensiunan perwira tentara. Kopassus pula. Luhut "Buldoser" Panjaitan adalah buktinya. Siapa yang tak kenal Luhut, pria Batak yang tegas, memegang perintah tegak lurus ke Presiden. Apapun risikonya.

Namun Luhut tetaplah manusia. Ia juga memiliki rasa rindu kepada masa lalunya. Mengisahkan sejumlah peristiwa penting yang pernah ia alami semasa aktif di militer. Sebagaimana bisa dibaca di laman Facebook-nya, Luhut baru saja melakukan ziarah ke makam Jenderal LB Moerdani, mantan atasan yang punya kedekatan dengan Luhut.

Saking dekatnya, Luhut berkisah, justru menjadi batu sandungan di karirnya, setelah Moerdani tak lagi "bertaring". Luhut yang lulusan terbaik Akabri 1970 meredup sinarnya. Tak pernah memegang tongkat komando seperti Kasdam, Pangdam, Pangkostrad, apalagi KASAD. Bintang di pundaknya tak bersinar, kecuali hanya diberikan penugasan sebagai komandan di beberapa struktur militer.

Padahal kalau soal prestasi, Luhut semasa berpangkat perwira menengah telah banyak mengukir kesuksesan. Saat masih perwira muda, ia bahkan sudah sukses menggawangi satuan anti teroris di Kopassus bersama Prabowo Subianto, juniornya semasa di Akabri.

Namun ada bagian yang cukup menarik perhatian dalam kisah Luhut. Yakni tentang bagaimana Moerdani akhirnya disingkirkan Presiden Soeharto. Kala itu, Moerdani berani-beraninya menasehati Soeharto agar jangan terlalu membiarkan anak dan keluarganya mengurusi bisnis. Ucapan itu membuat Soeharto tak senang, lalu dengan entengnya meninggalkan Moerdani.

Begitupun, Moerdani saat dijumpai Luhut sepulang sekolah dari Amerika Serikat, menegaskan akan selalu setia kepada Soeharto sebagai Presiden. Moerdani tak pernah sakit hati kepada Soeharto. Memegang loyalitas tegak lurus kepada atasan.

Bagian kisah inilah yang mengundang rasa penasaran. Jangan-jangan Luhut juga sedang mengalami apa yang pernah dirasakan Moerdani? Apakah hubungan Luhut dan Jokowi mengalami keretakan saat ini? Saya tidak tahu.

Tetapi yang jelas, Luhut memang tidak lagi muncul dalam pertemuan maha penting antara Jokowi dan Prabowo, belum lama ini. Sangat kontras dengan peristiwa sebelumnya, ketika Luhut selalu setia mendampingi Jokowi dalam momen-momen krusial. Semisal mendatangi kediaman Prabowo di Hambalang bersama Jokowi, ketika kasus Ahok sedang memanas.

Sebelum unggahan soal Moerdani, Luhut juga pernah menuliskan kebanggaan sekaligus kegalauannya terhadap prestasi anaknya, Mayor (Inf) Paulus Panjaitan. Ia bangga karena anaknya dipercaya menempuh pendidikan hingga ke AS meskipun bukan lulusan Akabri, melainkan dari jalur sarjana.

Tetapi Luhut juga galau, saat membandingkan karirnya semasa muda. Bahwa prestasi cemerlang tak selalu berbanding lurus dengan capaian jabatan. Ada hal lain yang dibutuhkan perwira untuk bisa menduduki jabatan strategis, dan Luhut khawatir anaknya juga terhalang penyebab serupa.

Rangkaian kegalauan dan "melow" inilah yang pada akhirnya melahirkan tanda tanya. Mungkinkah Luhut sudah mulai menjauh dari Istana? Kalaupun betul, apa gerangan yang memicu retaknya hubungan Jokowi-Luhut?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline