Survei Litbang Kompas sontak ramai dibicarakan, memanaskan politik nasional menjelang Pilpres. Kedua kubu capres sibuk menafsirkan makna di balik hasil survei Kompas tersebut.Bagi kubu Jokowi, survei tersebut merupakan masukan penting untuk lebih giat lagi merayu simpati massa. Sementara bagi kubu Prabowo, hasil survei itu sudah terlanjur dimaknai sebagai kemenangan yang sudah di tangan.
Tetapi coba lihat sekali lagi. Partai Demokrat sebagai salah satu parpol pendukung Prabowo-Sandi ternyata juga ikut rontok.
Menurut survei Kompas, seperti dilansir berbagai media massa, Kamis (21/3/2019), elektabilitas parpol pimpinan SBY ini mengalami penurunan cukup tajam. Dari 10,2% pada Pemilu 2014, kini hanya tersisa 4,6%.
Memang, Demokrat masih melewati ambang batas parlemen sebesar 4% sehingga masih tetap bisa masuk DPR Senayan. Namun angka tersebut sejatinya sangat rendah bila dinilai dari sosok SBY, Ketua Umum dan pernah menjabat Presiden selama dua periode.
Bahkan belakangan, sejak Pilgub DKI 2017, putera mahkota AHY juga telah masuk dalam jajaran elit Demokrat. Tetapi ternyata kharisma AHY belum terlalu kuat mendongkrak Demokrat khususnya menjaring suara dari kalangan milenial.
Sosok AHY yang masih muda dan cerdas, nyatanya kurang menarik perhatian kaum muda. Boleh diambil kesimpulan, berdasarkan rendahnya elektabilitas Demokrat, AHY juga gagal merangkul milenial.
Tak berlebihan pula jika melorotnya pamor Demokrat ikut berdampak pada capres penantang Prabowo-Sandi. Ini karena SBY sendiri terkesan memasang dua kali pada Pemilu 2019 nanti.
Yakni lebih mengutamakan perolehan suara di parlemen meski tetap ikut mengkampanyekan Prabowo. Dengan kata lain, Demokrat cenderung mengamankan kursi di Senayan terlebih dahulu, ketimbang ikut "berkeringat" untuk kemenangan Prabowo.
Mencermati hal ini, Demokrat pada sisa waktu sebulan lagi, sangat kecil kemungkinan mendorong kemenangan Prabowo-Sandi. Sebaliknya, Demokrat akan lebih sibuk mendongkrak perolehan suara partainya.
Itu artinya, capres penantang akan ikut kena getahnya, untuk tidak memastikan kekalahan kedua kalinya bagi Prabowo.
Menurut Anda?