Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Pasukan Medsos Jokowi Kalah Telak, Memalukan!

Diperbarui: 18 Februari 2019   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi bersama pegiat medsos (Tribunnews)

Perang tagar di media sosial Twitter kembali terjadi. Hasilnya, pasukan medsos Jokowi kalah telak melawan pasukan medsos Prabowo. Ini menjadi pukulan berat bagi capres petahana menjelang pencoblosan yang tersisa dua bulan. 

Kendati bukan ukuran mutlak, perang tagar di medsos yang dimenangkan kubu Prabowo, paling tidak menunjukkan betapa rapuhnya pasukan medsos Jokowi.

Tagar #UninstallJokowi dan #ShutDownJokowi terbukti mampu menembus trending topic dunia yang sekaligus menenggelamkan tagar #UninstallBukaLapak yang digagas pendukung Jokowi. Terlepas dari polemik bos BukaLapak yang berkicau soal "presiden baru", kekalahan tim Jokowi dalam perang tagar tersebut, sebetulnya sungguh memalukan.

Kenapa memalukan? Dalam artikel lawas di Kompasiana, saya sudah pernah menyinggung soal pasukan medsos Jokowi. Berikut kutipannya:

"Pada Selasa (15/5/2018) lalu, Presiden Jokowi telah menambah empat orang staf khususnya dari yang sebelumnya berjumlah enam orang. Itu berarti, terdapat 10 staf khusus yang kini siap membantu Jokowi."

Keempat staf khusus baru itu adalah Adita Irawati, mantan Vice President Corporate Communications Telkomsel yang bertugas membenahi komunikasi kementerian dan lembaga. Mantan Dirjen Pembangunan Kawasan Pedesaan, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Ahmad Erani Yustika sebagai stafsus bidang ekonomi. Abdul Ghofar Rozin, putra mantan Ketua Umum MUI Sahal Mahfudz, sebagai stafsus bidang keagamaan domestik di Pondok Pesantren serta Siti Ruhaini Dzuhayatin, Komisioner HAM Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Sejatinya, tugas terberat berada di pundak Adita Irawati sebagai staf khusus yang khusus menangani komunikasi kementerian dan lembaga. Hal ini juga diakui Menseskab Pramono Anung yang menyebut Presiden membutuhkan orang yang ahli dalam dunia medsos dan "framing" alias pengemasan informasi agar mencapai tujuan yang diharapkan. Walaupun sebetulnya, sudah banyak juga akun medsos yang kerap membela kebijakan Jokowi. Tetapi rasanya, pihak yang selalu mengkritik juga tak kalah banyak.

Beratnya dunia medsos bukan tanpa alasan. Pasalnya, medsos saat ini khususnya twitter diisi oleh seluruh kalangan negeri ini. Dari pejabat, politisi, ekonom, ahli hukum, artis, hingga masyarakat biasa.

Uniknya, komentar ataupun cuitan para "jagoan twitter" itu seringkali dikutip media massa arus utama untuk dijadikan berita. Hal inilah yang semakin memperbesar pengaruh dari medsos itu sendiri.

Dengan demikian, sebuah informasi yang disampaikan kementerian atau lembaga pemerintah, kini akan lebih dulu diuji oleh seluruh pengguna medsos.

Jika menyangkut kebijakan ekonomi, maka ekonom akan turun tangan, demikian seterusnya. Sehingga bila tidak siap, pasukan medsos Jokowi kemungkinan akan tetap kewalahan menghadapi banyaknya jagoan di medsos saat ini. Pasukan medsos Jokowi diharapkan diisi oleh ahli medsos yang tak sekadar memahami isu, tetapi juga wajib tahan banting."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline