Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Menebak Arah Kompasiana Selanjutnya, Siap-siap Kaya!

Diperbarui: 23 Oktober 2018   00:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Kompasiana

Sudah tiga hari berturut-turut Depok diguyur hujan. Akhirnya musim hujan pun telah tiba setelah delay sedikit di angkasa sana. Situ Cilodong yang mengering kini perlahan tergenang kembali. Ikan-ikan yang mungkin masih tersisa usai dikeroyok warga sekitar minggu lalu, pasti sudah bergembira. Sama seperti saya. Ini bulan kegembiraan, mengutip istilah Pak Jokowi soal pesta demokrasi. Bukan ajang saling menjatuhkan.

Nah, di tengah suasana kegembiraan ini, ada sebuah artikel berlabel Artikel Utama yang ditayangkan di Kompasiana: "Setelah Satu Dekade, Ke Mana Kompasiana Selanjutnya?" Judulnya sangat menarik perhatian dan mengundang segudang tanya. Terang saja, penulis artikel itu ternyata tak sembarangan.

Dia adalah petinggi Kompasiana bernama Nurulloh, generasi ketiga yang didaulat sebagai 'pilot' Kompasiana. Saya tak lagi menggunakan istilah "nahkoda" karena sepertinya tak lagi relevan dengan kondisi sekarang. Ini eranya kecepatan dan ketepatan, meliuk-liuk, dan piawai bermanuver layaknya seorang pilot tempur di udara.

Saya amat menikmati artikel Nurulloh, yang dengan gamblang bercerita tentang dinamika Kompasiana di usianya yang telah menginjak 10 tahun. Namun seperti Nurulloh, saya tidak akan membahas lagi tentang sepak terjang Kompasiana sejak dilahirkan pada 2008 silam. Kali ini, saya hanya ingin menebak arah Kompasiana selanjutnya.

Big data. Istilah ini dituliskan Nurulloh dan mengaitkannya dengan menjamurnya bisnis rintisan (start up) belakangan ini. Dengan modal big data yang sudah lumayan besar, Kompasiana telah memiliki nilai jual bila ditawarkan kepada pemodal. Penjelasannya kurang lebih seperti berbelanja aplikasi di toko penyedia seperti PlayStore. Anda wajib mengikuti langkah-langkahnya termasuk mengizinkan aplikasi mengakses seluruh kontak dalam ponsel pintar Anda.

Kumpulan data konsumen itulah yang disebut dengan big data. Singkatnya, para pengguna aplikasi pada prinsipnya telah menyerahkan seluruh informasi yang dimilikinya. Lalu mari kita kaitkan dengan ungkapan "Siapa yang menguasai informasi, dialah pemilik dunia". Setidaknya begitu pemahaman saya. Mungkin keliru juga.

Lupakan soal big data itu. Mari menebak arah Kompasiana selanjutnya. Menurut saya, Kompasiana akan dibawa ke arah yang lebih 'wah' lagi. Sesuai tagline-nya, Beyond Blogging, wajah Kompasiana dalam waktu mendatang bakal didominasi video, meski artikel tetap dipertahankan. Kompasianer akan diajak mengunggah video sebanyak-banyaknya.

Video tentang apa dong? Segala-galanya. Boleh tentang peristiwa, fenomena, bahkan wawancara dengan sosok maupun tokoh di berbagai bidang. Pokoknya video yang inspiratif maupun edukatif. Silakan saja! Mulai sekarang, siap-siap saja memproduksi video sebanyak mungkin.

Dalam kaitan itulah, Nurulloh menyinggung soal nilai tambah yang siap menanti Kompasianer. Video plus artikel hasil kreasi Kompasianer bakal dihargai lebih mahal lagi. Misalnya, tak mesti mengumpulkan 50 ribu page view untuk meraup duit dua juta rupiah. Hehehe. Ke depan, argonya lebih menggiurkan lagi. Siap-siap kaya, ya!

Tidak Ada Jagoan di Internet

Siapakah jagoan platform media sosial saat ini? Mungkin saja Facebook dan Twitter. Tetapi perlu diingat, sesungguhnya tidak ada jagoan abadi di internet. Friendster, Path, dan BBM adalah contoh paling nyata. Ketiganya lenyap digilas pesaing. Siapapun berhak dan berpeluang menjadi jagoan berikutnya, dengan syarat utama: inovasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline