Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Teka-teki Ruhut dan Ali Mochtar Ngabalin

Diperbarui: 25 Mei 2018   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tribunnews

Mengejutkan. Begitulah reaksi publik saat mengetahui Ali Mochtar Ngabalin akhirnya berlabuh ke kubu Jokowi.

Siapa kira, Ngabalin yang sebelumnya adalah tim sukses Prabowo di Pilpres 2014 justru ditarik menjadi salah komunikator politik Jokowi di Kantor Staf Presiden (KSP) di bawah komando Jenderal Moeldoko. Politisi Golkar yang selalu tampil bersorban putih, ini pun kini tampil penuh sebagai "palang pintu" bagi seluruh kebijakan politik Jokowi.

Lalu bagaimana dengan Ruhut Sitompul yang hingga kini belum mendapat posisi di lingkaran Jokowi usai meninggalkan Demokrat dan SBY? Itulah teka-teki yang cukup menarik untuk dibahas. Faktanya, Ruhut sejak 2014 adalah tim bayangan Jokowi menuju Istana, yang sekaligus menandai keretakan hubungannya dengan SBY. Ruhut memilih berseberangan dengan keputusan Demokrat yang mendukung pencapresan Prabowo.

Usai sukses mengantarkan Jokowi ke singgasana Istana, Ruhut akhirnya seperti kurang nyaman sebagai kader Demokrat. Apalagi, ia masih berstatus anggota DPR. Perlahan, Ruhut mulai melepaskan almamater Demokrat termasuk meninggalkan jabatannya sebagai anggota DPR. Dia tidak peduli. Ruhut sepertinya meyakini dengan bergabung di kubu Jokowi, tenaga dan pikirannya akan tetap dibutuhkan.

Maka seperti disaksikan bersama, Ruhut kembali memainkan perannya sebagai "pelindung" Jokowi, persis seperti yang dilakoninya kala masih mesra dengan SBY. Membela habis-habisan segala sikap dan kebijakan Jokowi. Belakangan, Ruhut terlihat mesra dengan PDIP, yang diklaim Ruhut hal itu sudah berlangsung cukup lama. Ruhut bahkan menyebut Mega dan almarhum Taufik Kiemas mempunyai kedekatan khusus dengan dirinya.

Namun, hingga kini belum ada posisi bergengsi yang ditawarkan Jokowi kepada Ruhut. Meski tak jelas pula, apakah Ruhut sudah pernah ditawari tetapi menolaknya dan lebih nyaman berada di luar garis pemerintahan. Atau opsi lain, Ruhut meminta jabatan yang belum bisa diberikan oleh Jokowi.

Pasalnya, ada kemiripan bila melihat rekam jejak dan karakter antara Ruhut dan Ali Mochtar Ngabalin. Keduanya sama-sama loyal terhadap pimpinannya. Rekam jejak berpartai juga begitu. Ruhut pernah di Golkar dan Demokrat, sementara Ngabalin adalah alumni politisi PBB dan kini berpindah ke Beringin. Soal gaya berbicara dan berdebat, Ruhut dan Ngabalin juga tak jauh berbeda.

Walau mirip, Ruhut sebetulnya masih mengantongi keunggulan yang tak dimiliki Ngabalin, yakni faktor kedekatan dengan petinggi PDIP. Tetapi kenapa Ruhut justru belum "kecipratan" jabatan hingga saat ini? Sebaliknya, Ngabalin yang hampir tak pernah lagi muncul ke hadapan publik, justru tiba-tiba masuk ke dalam lingkaran Istana. Hal inilah yang sangat menarik dicermati.

Jika boleh berandai-andai, Jokowi sepertinya sedang mempersiapkan jabatan lain yang cocok dengan Ruhut. Siapa tahu Ruhut sebentar lagi akan dilantik sebagai Kepala KSP menggantikan Moeldoko yang konon diplot sebagai cawapres Jokowi. Nah, jika itu yang terjadi, maka Ngabalin otomatis akan berada di bawah kendali Ruhut.

Tambahan lagi, apabila Ruhut-Ngabalin resmi bertandem di KSP, maka serangan politik duo Fadli dan Fahri dari Senayan dipastikan akan menemui jalan terjal, atau setidaknya akan berlangsung sangat sengit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline