Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Kalau Mau Kaya Jangan Jadi Kepala Daerah, Bisnis Racun Kalajengking Saja

Diperbarui: 4 Mei 2018   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi (Kompas.com)

Awalnya saya pun ikut heran dengan pernyataan Jokowi yang menganjurkan bisnis racun kalajengking. Sekelas Presiden masa sih mau mengurusi kalajengking? Sebagai Presiden, Jokowi terlalu "receh" bila harus melontarkan gagasan ide seperti itu. Lebih tegasnya, Jokowi semestinya memikirkan hal-hal besar seperti bagaimana meningkatkan ekspor ataupun melunasi utang negara.

Atas dasar keheranan itu, analisa liar pun bermunculan seperti mengaitkan racun kalajengking itu kepada seseorang yang ingin ditolong tetapi malah mencederai si penolong. Sebab mustahil rasanya Jokowi mengucapkan hal seremeh itu dalam sebuah acara resmi.

Sedangkan di ranah publik, muncullah istilah "disengat politik racun kalajengking", yang terus menggelinding hingga membuat PDIP sibuk menangkal serangan. Ucapan Jokowi yang mengemukakan bahwa komoditas termahal di dunia saat ini bukan lagi emas, tetapi racun kalajengking mendapat pembenaran dari elit PDIP. Katanya, itu menandakan Jokowi sangat mempunyai kepedulian terhadap rakyatnya.

Di saat bersamaan, pihak oposisi pun seperti "ketiban duren runtuh" atas momentum itu. Jokowi dicap tidak layak mengucapkan gagasan bisnis yang justru membuat rakyat terbuai dalam mimpi.

Fadli Zon, politisi Gerindra yang hampir setiap hari mengkritik Jokowi menyentil dengan menyebut baru kali ini dia mendengar pernyataan yang di luar batas imajinasi dari seorang pemimpin tertinggi negeri ini. Betul memang, ucapan Jokowi itu terdengar lucu dan kurang bermutu.

Tak ayal, politik pun memanas karena PDIP langsung pasang badan. Namun, harus diakui, PDIP terlihat gagap menghadapi serangan politik oposisi hingga persoalan racun kalajengking terus melebar. Jelas terlihat di sini bahwa PDIP sama sekali tidak memahami apa yang diucapkan Jokowi. Sama halnya dengan oposisi yang menangkap ucapan Jokowi secara tidak utuh. Maka sangat wajar apabila PDIP dan oposisi sama-sama merasa benar dan ingin menang.

Padahal, setelah menyaksikan pidato Jokowi yang berlangsung saat membuka Musrenbangnas di Jakarta, Senin (30/4/2018), diperoleh sebuah kesimpulan yang sama sekali tidak berhubungan dengan polemik yang terjadi saat ini. Pasalnya, pernyataan racun kalajengking itu sebetulnya ditujukan kepada para kepala daerah dari seluruh Indonesia yang memang menjadi peserta Musrenbangnas.

Jokowi sebetulnya hanya ingin mengatakan bahwa jika ingin menjadi kaya, janganlah menjadi kepala daerah. Sebaliknya, jika kekayaan adalah tujuan maka tekunilah bisnis racun kalajengking. Sekali lagi, kalau mau kaya jangan jadi kepala daerah. Itulah poin ucapan Jokowi yang sebenarnya.

Ucapan Jokowi itu tentu saja berkaitan dan sangat faktual bila melihat kondisi sekarang, saat banyak kepala daerah harus berurusan dengan KPK lantaran tersangkut kasus korupsi. Gubernur, Bupati dan Wali Kota sudah lebih dari hitungan jari yang terpaksa mengenakan kaos oranye KPK. Korupsi itu dilakukan tak lain karena ingin cepat kaya dan sebagian di antaranya karena faktor serakah.

Sayangnya, baik Jokowi maupun tim komunikasi Istana sejauh ini kurang bijak menanggapi serangan dari oposisi yang menyudutkan gagasan racun kalajengking Jokowi. Sebaliknya, PDIP malah sibuk mencari pembenaran atas gurihnya bisnis racun kalajengking itu. Maka lahirlah blunder racun kalajengking.

Kalau begini ceritanya Pak Jokowi, saya mau dong jadi tim komunikasi Istana. Hehehe

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline