Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo telah memasuki usia pensiun per 1 April 2018. Itu berarti, Gatot mulai April sudah resmi menyandang status baru yakni sebagai warga sipil setelah mengakhiri pengabdiannya di TNI.
Jenderal Gatot juga segera menyudahi status jenderal bintang empat tetapi tidak punya jabatan usai "dikucilkan" sejak akhir 2017, atau selama tiga bulan terakhir.
Usai pensiun lalu apa? Calon presiden. Meskipun Gatot sendiri dalam berbagai kesempatan di hadapan media massa selalu mengelak untuk menjawab gamblang tentang rencananya setelah pensiun.
Hal itu memang wajib dilakukan Gatot karena statusnya masih sebagai anggota TNI aktif yang dilarang keras memasuki zona politik praktis.
Namun begitu, tak sulit memahami gerak-gerik politik Gatot tiga bulan menjelang pensiun. Itu tampak jelas dari jawaban-jawaban diplomatis yang dilontarkan Gatot saat ditanyakan tentang kesiapannya apabila diusung sebagai capres.
Gatot tak pernah menjawab secara gamblang apakah tetap mendukung Jokowi dua periode atau tidak. Sebaliknya, ia juga tidak menolak apabila rakyat menghendaki tenaga dan pikirannya diabdikan untuk bangsa dan negara.
Isu akan masuknya Gatot ke politik praktis terutama akan menjadi pesaing Jokowi di Pilpres 2019 nanti sebetulnya sudah berhembus lama. Semua berawal dari kedekatan Gatot kepada para ulama saat terjadinya gelombang massa berkaitan dengan kasus hukum Ahok terjadi pada 2016 lalu. Mulai saat itu, Gatot mulai digadang-gadang sebagai pemimpin bangsa berikutnya lantaran dinilai cukup dengan ulama dan rakyat.
Munculnya dukungan kuat terhadap Gatot pada akhirnya melahirkan spekulasi liar di tubuh kabinet. Jabatan Gatot sebagai Panglima TNI beberapa kali diisukan akan diganti oleh Jokowi.
Di saat bersamaan, popularitas Gatot terus menanjak. Isu keretakan hubungan Jokowi-Gatot pun semakin tidak terhindarkan. Puncaknya, Jenderal Gatot pada Oktober 2017 ditolak otoritas Amerika saat hendak berkunjung ke negara adidaya itu.
Anehnya, penolakan Gatot itu diklaim terjadi hanya karena keterlambatan penerbitan dokumen dari protokol keamanan AS. Alasan itu terasa sangat janggal untuk ukuran seorang Panglima TNI. Sangat sulit diterima akal apabila dokumen seorang Panglima TNI masih mengalami keterlambatan. Maka sangat wajar apabila spekulasi yang berkembang pada episode berikutnya adalah Gatot bukanlah presiden "idaman" Amerika.
Dua bulan setelah kejadian penolakan itu, Presiden Jokowi akhirnya memberhentikan Gatot sebagai Panglima TNI kendati belum memasuki usia pensiun. Dalam tempo kilat, penggantian Panglima diproses dan segera diserahkan kepada Marsekal Hadi Tjahjanto. Gatot legowo dan memuluskan penyerahan tongkat komando kepada suksesornya.