Nasi sudah menjadi bubur. Begitulah peribahasa yang cocok untuk cagub Jawa Tengah Sudirman Said yang diusung koalisi Gerindra, PKS, PAN, dan PKB. Apa lacur, ia justru menggunakan diksi yang kurang tepat saat diminta memilih Prabowo atau Jokowi, dan malah menjawab "nanti saja". Itulah yang terjadi saat dua pasangan cagub-cawagub Jateng diundang dalam acara debat di Studio Metro TV, Kamis (15/3/2018). Usai acara itu, Sudirman mungkin akan terbawa hingga ke mimpi kenapa jawabannya malah bersayap, tidak tegas memilih Prabowo atau Jokowi.
Dalam debat yang diminta menjawab singkat atas 20 kata yang diucapkan presenter dalam waktu 1 menit itu memang harus diakui susah-susah gampang. Sebab bagaimanapun, pertanyaan yang meski terkesan sepele itu selalu berusaha dijawab semaksimal mungkin oleh peserta debat. Hal itu dilakukan tak lain guna menjaga performa di hadapan publik.
Apalagi, Sudirman diketahui bukanlah seorang politisi yang sudah kenyang dengan permainan emosi dan kata-kata. Sudirman adalah sosok akademisi yang mempunyai sifat lebih hati-hati, jarang menggunakan istilah "gaul" dan cenderung nyaman memilih kalimat baku. Celakanya, dengan latar belakang seperti itu, Sudirman mungkin terbawa emosinya sebagai akademisi sehingga ia lupa bahwa ia sedang bertarung untuk merebut jabatan politik.
Maka terjadilah peristiwa yang jelas sangat merugikan Sudirman itu. Saat ditanyakan, Prabowo atau Jokowi? Jawabannya tidak tegas tetapi cenderung hati-hati. "Nanti saja," begitulah jawaban singkat Sudirman. Sementara lawan debatnya, Ganjar Pranowo saat ditanyakan pertanyaan serupa langsung menjawab dengan tegas,"Jokowi".
Di sinilah bedanya antara Ganjar yang seorang politisi dan Sudirman yang seorang akademisi. Ganjar dengan yakin menjawab Jokowi, karena memang satu partai. Sedangkan Sudirman, meski diusung Gerindra dengan Ketua Umum Prabowo, malah tampak ragu-ragu. Padahal sebetulnya, keragu-raguan itu bukanlah karena Sudirman tidak suka dengan Prabowo dan bukan pula karena benci Jokowi.
Jawaban "nanti saja" itu terucap karena latar belakangnya yang seorang akademisi, mempertimbangkan banyak aspek sebelum mengambil keputusan. Ia tidak ingin buru-buru menyimpulkan. Mungkin maksud Sudirman, ini belum waktunya membahas siapa capres 2019.
Namun, ibarat tinju di atas ring, Sudirman justru dipukul KO oleh pertanyaan sepele itu. Publik akhirnya tergiring opini bahwa Sudirman tidak sungguh-sungguh mendukung pencapresan Prabowo walaupun ia telah diusung sebagai cagub Jateng oleh koalisi Gerindra.
Sehingga tak heran Ganjar Pranowo langsung menyalami Sudirman seusai mengucapkan jawaban ragu-ragu itu. Ganjar seolah "ketiban duren" karena tidak perlu merancang strategi politik untuk melemahkan citra Sudirman. Pertanyaan sepele dari presenter, Prabowo atau Jokowi justru langsung mengakibatkan melorotnya popularitas Sudirman.
Maka sia-sialah seluruh kerja keras Sudirman yang telah dibangun selama ini. Uniknya, kerja keras itu justru dihancurkan oleh pertanyaan sepele. Prabowo atau Jokowi? Sudirman malah terkesan ragu-ragu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H