Hey Jude, don't make it bad. Take a sad song to make it better. Begitulah penggalan lirik lagu Hey Jude, yang dinyanyikan John Lennon, vokalis grup musik asal Inggris, The Beatles.
Jika sedang bersedih maka nyanyikanlah lagu sedih, niscaya kesedihan itu akan sirna. Atau setidaknya akan berkurang sedikit, tak lagi tersimpan dalam kalbu. Hehehe. Bukan sebaliknya, jika sedang sedih maka lagu yang dinyanyikan adalah lagu gembira. Justru makin runyam.
Saya tentu bukan psikolog yang mampu menjelaskan alasan di balik itu. Namun yang jelas, lagu Hey Jude bukan yang pertama mempopulerkan cara unik mengatasi sebuah kesedihan.
Dalam lagu Kristen tentang kematian, misalnya, dipastikan nadanya pasti mendayu-dayu ditambah liriknya yang juga berdiksi sedih. Meski bernada sedih, justru lagu tersebut digolongkan sebagai lagu-lagu penghiburn. Sebagai media mengungkapkan kesedihan sekaligus sebagai obat penawarnya.
Maka sangat mungkin ide John Lennon menciptakan lirik Hey Jude berawal dari lagu tentang kematian dalam ajaran Kristen. Tetapi mungkin juga ada penjelasan ilmiah secara psikologi kenapa di saat orang bersedih justru harus menyanyikan lagu sedih.
Kalau sedang senang maka wajar bernyanyi lagu gembira. Sementara kesedihan harus pula dibahas dengan kesedihan.
Mungkin, Kompasianer ada yang bersedia menjelaskannya secara ilmiah.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H