Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Yang Hilang dari Pom Bensin Pertamina

Diperbarui: 26 November 2017   06:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SPBU Pertamina (Dokumentasi Pribadi)

"Bang, 20 ribu ya," kataku. Pria berseragam merah itu tak menyahut. Joss...bensin Pertamax pun terisi dalam hitungan detik saja. Saya lalu menyerahkan uang 50 ribu, dengan cepat pula ia mengembalikan tiga lembar uang sepuluh ribu. Di belakang, pemotor lain sudah menunggu giliran.

Sebuah kotak kecil yang terbuat dari kayu tampak nangkring di dekat pintu toilet. Ada lubang kecil di atas kotak itu, lebih dari cukup untuk menyelipkan duit kertas dua ribuan. "Sekarang bayar ya Bang." Penjaga toilet itu hanya mengangguk. Tak bersuara tanda mengiyakan.

Nitrogen, apa itu? Rupanya angin untuk ban motor dan mobil. Satu ban diganjar lima ribu. "Angin biasa nggak ada lagi ya Bang?". Ia menggeleng kemudian berpromosi nitrogen.

Begitulah yang terjadi belakangan ini di hampir seluruh SPBU Pertamina, setidaknya di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Saya tidak tahu di daerah lain, semoga saja tidak.

Senyum, Salam, Sapa (3S) sepertinya tak lagi berlaku. Tinggal joss...isi lalu bayar. Lanjut ke pengantri berikutnya. Barangkali merepotkan juga memang bila petugas itu harus menyapa dan memasang wajah senyum sepanjang bertugas. Mereka juga manusia biasa.

Lalu, bagaimana dengan toilet berbayar? Ya mungkin juga itu hanya uang tambahan pegawai saja. Bukan untuk menambah pundi-pundi kekayaan. Lagipula, berapa sih gaji mereka? Empati sedikitlah.

Nitrogen juga begitu. Kan demi performa ban kendaraan. Konon, nitrogen jauh lebih ringan sehingga ban tak gampang panas saat berkendara dalam waktu lama. Jadi wajarlah lebih mahal ketimbang mengisi angin di bengkel "abang-abang" pinggir jalan.

Seperti itulah kondisi pom bensin Pertamina saat ini. Ada yang hilang di pelayanan mereka. Konsumen pun menerima apa adanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline