Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

SBY, Sang Juru Masak Pilpres 2019

Diperbarui: 30 Juli 2017   03:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SBY-Prabowo (Kompas.com)

PILPRES 2019diprediksi banyak pihak tidak akan jauh berbeda dari Pilpres 2014, dengan hanya diikuti dua pasangan calon. Itu pun, seperti Pilpres 2014, calon presiden yang bakal bertarung juga serupa: Jokowi dan Prabowo. Hanya calon wakil presiden saja yang pasti berbeda, setelah Wapres JK menegaskan tidak lagi berniat mengikuti pencalonan presiden ataupun wakil presiden. Hal ini sangat dimaklumi mengingat usia JK yang telah memasuki senja. Sementara di kubu Prabowo, peluang kembali menggandeng Hatta Rajasa sebagai cawapres masih sangat terbuka. Namun, soal siapa nantinya pendamping Jokowi-Prabowo, rasanya masih terlalu dini untuk dibahas.

Nah, pertemuan SBY dan Prabowo di Cikeas pun menjadi sangat menarik dicermati. Terutama bila dihubungkan dengan UU Pemilu yang mensyaratkan Presidential Threshold (PT) 20 persen. Dengan PT 20 persen, mau tidak mau partai politik kemungkinan besar wajib berkoalisi untuk mengusung calon presiden. Sementara gabungan suara (hasil Pemilu 2014) berdasarkan komposisi partai pendukung pemerintah saat ini sudah sangat mencukupi untuk kembali mengusung Jokowi sebagai presiden. Di pihak lain, dengan gerbong partai non pemerintah juga sudah mampu mencalonkan Prabowo.

Kedua skenario pencalonan tersebut akhirnya menempatkan Demokrat sebagai penentu. Demokrat berada di tengah-tengah, yang jika berpihak kepada salah satu calon saja akan berdampak signifikan. Dengan kata lain, Demokrat kembali memainkan perannya saat Pilpres 2014 berlangsung. Kala itu, Demokrat memilih tidak berpihak kepada Jokowi ataupun Prabowo. Hasilnya, Jokowi memenangi Pilpres dengan hasil tipis.

Lalu, bagaimana posisi Demokrat di bawah komando SBY pada Pilpres 2019 nanti? Dengan bertemunya SBY-Prabowo, tentu saja akan memberikan harapan baru bagi Prabowo. Setidaknya, Prabowo akan lebih tampil percaya diri menghadapi Jokowi. Seandainya Demokrat betul-betul mendukung Prabowo pada Pilpres 2019 nanti, peluang kemenangannya tentu saja sangat tinggi. Sebaliknya, jika SBY akhirnya merestui Jokowi, peluang Prabowo untuk menang pun menjadi tipis.

Di sinilah letak strategisnya posisi SBY. Ia mempunyai kekuasaan politik untuk menentukan siapa pemenang Pilpres 2019. Dengan keharusan PT 20 persen, meski SBY menyebut itu melukai rakyat, namun sesungguhnya telah mendatangkan keuntungan yang sangat besar bagi Demokrat. Sebab, dengan tingginya PT tersebut, calon presiden hampir dipastikan hanya akan dua pasang. Tentu akan berbeda cerita apabila PT hanya dipatok nol persen, yang memberikan peluang bagi seluruh partai untuk mengusung calonnya.

Kesimpulannya, pihak yang diuntungkan dalam ketentuan PT 20 persen sejatinya berada di pihak Demokrat. Prabowo dan Jokowi sekali lagi harus "merayu" SBY bila ingin menang telak di Pilpres 2019. Jika Prabowo sudah merayu SBY, kira-kira kapan giliran Jokowi? Yang jelas, sajian nasi goreng yang disuguhkan kepada Prabowo dalam pertemuan Cikeas bisa diartikan sebagai simbol politik. Bahwa SBY adalah juru masak di Pilpres 2019. Apapun yang terjadi pada Pilpres 2019, merupakan hasil "masakan" dari SBY.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline