Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Melihat Sisi Lain Kota Solo

Diperbarui: 19 Juli 2017   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Solo Batik Carnival 2017 (Pribadi)

TANPA direncanakan, acara jalan-jalan kami ke Solo rupanya disambut pergelaran Solo Batik Carnival (SBC) 2017, yang berlangsung selama tiga hari (14-16 Juli). Dari namanya, kami yang masih pertama kali menginjakkan kaki ke Solo tentu saja berpikir SBC akan menyuguhkan pameran batik terlengkap dengan harga yang terjangkau pula. Kenyataannya, pelataran Benteng Vastenburg, Solo sebagai lokasi pusat acara, hanya dua pedagang yang menjajakan pakaian batik. Sisanya, didominasi pedagang kuliner yang berjejer rapi di kiri-kanan panggung. Uniknya, meski bertemakan batik, pelataran Benteng juga diramaikan oleh stand yang menawarkan hunian rumah. Begitulah suasana hari pertama pegelaran SBC.

Nah, yang ditunggu-tunggu pun tiba, sesuai pengumuman yang kami dengarkan pada hari pertama. Di hari kedua, tepatnya hari Sabtu, sejumlah ruas jalan di Solo pun dialihkan, untuk memberikan akses jalan kepada rombongan dari berbagai daerah di Jawa menampilkan batik terbaiknya. Menariknya, batik yang ditampilkan bukan sekadar batik tetapi dimodifikasi dengan menampilkan sejumlah tokoh pewayangan. Sebenarnya saya tidak tahu persis apakah model pria dan wanita yang didandani mengenakan batik itu mirip tokoh pewayangan atau tidak. Yang jelas, mereka terlihat gagah dan cantik mengenakan batik, lengkap dengan aksesoris tambahan lainnya. Lebih dari setengah jam agar pawai keliling Solo itu tiba dan mengakhiri konvoinya di pelataran Benteng.

Sedangkan hari ketiga, kami tidak lagi menghadiri acara itu. Namun, dari pengumuman yang kami terima, acara hari terakhir akan diisi dengan sejumlah penampilan grup band ataupun sanggar tari yang didominasi pelajar dan mahasiswa di Kota Solo. Tambahannya, SBC 2017 merupakan acara yang kesepuluh kalinya, yang rutin digelar setiap tahunnya. Tetapi itu tadi, SBC bukanlah ajang pameran batik, tetapi lebih kepada kirab budaya yang menampilkan batik sebagai salah satu ciri khas dari Solo. Sementara bila ingin belanja batik, tersedia banyak di Pasar Klewer maupun sentra batik lainnya yang tak jauh dari Benteng.

Soto Ayam Dicampur Nasi

Pusat Kuliner Solo (Pribadi)

Jangan berpikir soto ayam di Solo sama seperti di Jakarta dan sekitarnya. Bukan soal rasa tetapi teknis penyajiannya. Di Solo, soto ayam yang disajikan sudah sekaligus dicampur dengan nasi. Dengan kata lain, mencicipi soto ayam di Solo hanya disajikan dalam satu mangkok, tanpa piring sebagai tempat nasi. Ini berbeda dengan soto ayam di Jakarta dan sekitarnya yang biasanya memisahkan soto ayam dan nasi. Sayangnya, saya tidak punya koleksi foto dari soto ayam ini.

Kota Tanpa Angkot

Solo Tanpa Angkot (Pribadi)

Berkeliling Kota Solo masih terasa nikmat karena masih jauh dari kata macet. Kalaupun macet, masih dalam tahap bisa dimaklumi terutama di pagi dan sore hari. Namun, bisa juga kemacetan di Solo hampir tidak ada lantaran angkutan perkotaan alias angkot memang tidak ada di sana. Sebagai gantinya, kita bisa menikmati taksi dengan kendaraan jenis xenia atau avanza, yang sekarang sudah bisa dipesan online. Taksi di Solo telah bekerjasama dengan dua penyedia taksi online yang paling eksis saat ini. 

Tambahannya, bila sedang dari Bandara Adi Soemarmo, saat ini juga sudah tersedia bus Damri yang rutenya cukup panjang. Bedanya, halte Damri di Solo mirip seperti halte TransJakarta. Namun, haltenya berukuruan kecil. Bahkan, di beberapa halte, hanya tersedia tangga kecil untuk memudahkan penumpang menaiki bis. Ajaibnya, tangga kecil yang terbuat dari besi itu aman-aman saja, tidak menghilang di malam hari. Hehehe...

Topi Raja Jokowi

Topi Raja Solo (Pribadi)

Nah, kalau yang ini, bukan saya yang menamainya. Tetapi dari sopir taksi yang kami tumpangi. Saya bertanya, bangunan di atas jalan menyerupai kubah itu apa namanya? "Itu topi kerajaan sebagai pengganti Tugu Selamat Datang, dibangun Pak Jokowi saat masih Wali Kota. Makanya dia menjadi Raja (Presiden)," celetuknya. Topi Raja Jokowi itu memang unik, karena memayungi jalanan di bawahnya.

Begitulah sekilas pengamatan dan pengalaman kami selama tiga hari di Solo. Tentu masih banyak lokasi yang belum sempat dijelajahi. Sebuah sisi lain dari Kota Solo, kampungnya Pak Jokowi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline