Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Belajar dari Mulusnya Regenerasi Sepakbola Jerman

Diperbarui: 27 Juni 2017   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelatih Jerman dan Pemain Muda (Juara.net)

JERMAN tampil memukau. Begitulah kesan yang bisa dipetik dari Piala Konfederasi 2017 yang sedang berlangsung di Rusia. Padahal, Jerman yang berstatus sebagai jawara, sepintas memandang sebelah mata Konfederasi. Itu terlihat dari skuat yang dibawa Joachim Loew, yang nyaris tak memboyong pemain bintang. Fans Jerman, seperti saya, dikejutkan dengan tidak dibawanya sejumlah pemain utama kala Jerman memenangi Piala Dunia 2014 lalu. Sebut saja, Thomas Muller, Boateng, Hummels, Goetze, Gomez, Khedira, ataupun Neuer sebagai penjaga gawang.

Alhasil, saat Jerman berlaga melawan Australia, Chili, dan Kamerun, saya merasa Jerman akan babak belur lantaran pemain lawan memboyong full team, yang sudah banyak berpengalaman berlaga di pertandingan internasional. Ternyata, penilaian itu salah. Jerman, meski terlihat susah-payah meladeni Australia, tetap saja mampu memetik hasil penuh. Saat berhadapan dengan Chili yang diisi pemain bintang seperti Sanchez dan Vidal, pun sukses ditahan imbang. Sementara kampiun Afrika, Kamerun, ditundukkan dengan skor meyakinkan.

Sekali lagi, hasil tersebut ditorehkan pemain muda Jerman, yang wajahnya masih terasa asing. Mereka antara lain, Sule, Meyer, dan Brandt. Mungkin hanya Kimmich dan Draxler yang cukup familiar lantaran kedua pemain ini memang sudah ikut bertanding pada Piala Dunia 2014. Alhasil, Jerman terbukti mampu lolos menuju Semifinal untuk menjamu Meksiko.

Dalam pertandingan berikutnya, entah mampu menaklukkan Meksiko atau tidak, yang jelas Jerman telah menunjukkan bahwa regenerasi di timnas sepakbola mereka telah berjalan mulus. Federasi sepakbola Jerman sepertinya tidak mau berlama-lama merayakan euforia kemenangan pada Piala Dunia 2014. Sebaliknya, Jerman secara konsisten mencari bibit-bibit baru untuk mengisi kekosongan para pemain yang telah memutuskan pensiun.

Memang, dalam dua tahun terakhir, sejumlah pemain bintang Jerman yang berhasil merebut trofi Piala Dunia 2014 telah memutuskan untuk gantung sepatu. Antara lain, Klose, Schweinsteiger, Lahm, ataupun Podolski. Di sinilah kejelian Jerman, yakni dengan terus-menerus memutar roda regenerasi pemain. Mungkin saja, usai Piala Dunia 2018 nanti, pemain senior lain akan ikut menggantung sepatu, seperti Hummels, Boateng, ataupun Neuer. Kalaupun itu terjadi, stok pemain muda sudah siap menggantikan posisi mereka.

Sebagaimana kita ketahui, Piala Konfederasi merupakan ajang ujicoba Piala Dunia 2018, untuk melihat sejauh mana kesiapan panitia tuan rumah, yang kali ini bakal dihelat di Rusia. Meski statusnya sebagai “Piala Dunia Mini”, Konfederasi yang diikuti para juara dari setiap benua, tuan rumah, plus juara dunia bertahan (Jerman), tetap saja mempunyai greget yang luar biasa bagi seluruh penikmat sepakbola.

Bagaimana dengan Indonesia? Agaknya kita harus secepatnya belajar dari Jerman. Mencari bibit-bibit baru sebelum pemain senior memasuki usia pensiun. Masa sih, dengan penduduk 260 juta lebih, tidak ada pemain bola yang berbakat? Yuk belajar dari Jerman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline