JALAN Raya Kalimalang-Bekasi saban tahun menjelang Lebaran tiba, kerap berubah menjadi lautan sepeda motor. Warga Jakarta yang ingin melepas rindu dengan sanak saudara di kampung halaman pada momen Idul Fitri, seolah sudah terbiasa bahkan menikmati kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan tersebut, setidaknya dimulai pada H-2. Tak ada rasa lelah atau stress di wajah mereka, kecuali kegembiraan yang menggebu-gebu hendak bertemu dengan orang-orang yang dicintai di tempat asal. Tentu saja, itu merupakan hal yang sangat normal dan manusiawi. Kerinduan terhadap kampung halaman memang tidak ada duanya. Ingin mengulang romantisme masa lalu, walau hanya sejenak sebelum kembali ke Jakarta, tiga atau empat hari kemudian.
Akan tetapi, mungkin karena sudah tradisi, mudik menggunakan sepeda motor seringkali kurang memperhatikan aspek keselamatan. Tak sulit menemukan pengendara motor yang berboncengan tiga, suami-istri dan anak. Bahkan, empat sekaligus, suami-istri dan dua orang anak. Belum lagi “bagasi” tambahan yang dimodifikasi di belakang jok motor, semacam kursi tambahan bagi barang-barang bawaan. Bisa dibayangkan betapa repotnya bila harus berkendara selama seharian penuh dengan kondisi seperti itu. Maka tak heran apabila setiap Lebaran tiba, angka kecelakaan lalu lintas khususnya sepeda motor menjadi bagian tidak terpisahkan dari pemberitaan media massa.
Tingginya kecelakaan sepeda motor saat musim mudik khususnya ke wilayah Jawa memang cukup beralasan. Berdasarkan statistik Kemenhub, pada Lebaran 2016 lalu, terdapat 5.135.708 buah sepeda motor yang tercatat meninggalkan Jakarta dan sekitarnya menuju Ciasem, Sadang, Cileunyi, Merak, Ciamis, Cicurug, Cisarua dan Jalan Tol arah Utara. Jumlah tersebut diprediksi akan meningkat pada Lebaran 2017 ini, yakni mencapai 6.069.380 buah sepeda motor atau mengalami kenaikan sebesar 18,18% dari tahun sebelumnya. Fantastis bukan? Dalam satu tahun saja, terdapat peningkatan volume sepeda motor mencapai 1 juta buah.
Dengan kata lain, sepeda motor masih menjadi primadona bagi kaum pemudik dari tahun ke tahun. Tak hanya irit ongkos, pemudik memilih motor lantaran lebih leluasa mencari jalur alternatif ketimbang bis atau moda transportasi lainnya. Ingin berhenti untuk sekadar bersantai sejenak melepas lelah juga memang cocok bagi penumpang sepeda motor. Suka-suka hati saja mau berhenti di mana dan kapan saja.
Sayang seribu sayang, mengendarai sepeda motor dengan jarak tempuh yang jauh dipastikan sangat berisiko. Kondisi fisik pengemudi akan mengalami penurunan bila sudah menempuh perjalanan berjam-jam. Akibatnya, kecelakaan lalu lintas yang sering menimbulkan kehilangan jiwa merupakan kejadian yang setiap tahun selalu terjadi. Belum lagi orang tua yang dengan semangat ingin pulang kampung seringkali mengabaikan kenyamanan anak-anak terutama balita. Anak-anak tentu saja tidak akan nyaman bila harus duduk meringkuk selama berjam-jam.
Indahnya Mudik Bareng
Kenyataan itulah yang akhirnya membuat pemerintah dengan segala macam upaya membujuk agar pemudik sebaiknya beralih ke transportasi umum. Keselamatan para pemudik adalah nomor satu. Jangan sampai niat ingin berkumpul dengan keluarga di kampung halaman malah berubah menjadi petaka dan dukacita.
Salah satu yang gencar dilakukan pemerintah saat ini adalah dengan menyediakan sarana transportasi umum seperti bis, kereta api, maupun kapal laut. Ketiga moda transportasi ini selain mampu menampung penumpang dalam skala besar, juga dipastikan jauh lebih aman ketimbang harus mudik menggunakan sepeda motor.
Siap untuk Mudik. Begitulah tagline sekaligus harapan yang ingin diwujudkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan. Sebagai salah satu kementerian yang paling bertanggungjawab atas keselamatan dan kenyamanan pemudik selama musim Lebaran, Kementerian Perhubungan selalu melakukan perbaikan dan evaluasi tentang bagaimana mewujudkan mudik yang aman.
Mudik Gratis, sebuah program yang diusung Kemenhub terbukti sukses menjaring minat para calon pemudik. Dari tahun ke tahun, persentase peminatnya melonjak tajam. Lihat saja, di tahun 2016, pemudik pengguna sepeda motor yang ikut program Mudik Gratis berjumlah 17,557. Angka ini pun melonjak menjadi 44,721 pada Lebaran tahun 2017 ini.
Mudik bareng sudah pasti menyenangkan. Kita yang sebelumnya saling mengenal dengan penumpang lain, menjadi akrab ketika berada dalam satu bis ataupun moda transportasi umum lainnya. Berbagai cerita pun mengalir dengan jernih, bahkan tidak jarang melahirkan sebuah komunitas baru. Misalnya, komunitas satu kampung yang kebetulan mengadu nasib di Jakarta. Atau tidak tertutup kemungkinan menjalin satu kesepakatan bisnis kecil-kecilan, yang seluruhnya bermula di atas gerbong kereta, misalnya.