Lihat ke Halaman Asli

Ishak Pardosi

TERVERIFIKASI

Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Pencemaran Danau Toba: Perang Batin Hotman Paris Hutapea

Diperbarui: 28 April 2017   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keramba Jaring Apung di Danau Toba (Kompas Print)

NARASI positif akan dengan mudah terbangun bila mendengar nama pengacara kondang Hotman Paris Hutapea. Punya mobil mewah, berlian setumpuk, advokat bertarif mahal, dan sebagainya. Singkatnya, Hotman adalah salah satu representasi kesuksesan pengacara berdarah Batak di jagad nasional.

Namun bagaimana kira-kira reaksi yang timbul ketika Hotman ikut mendampingi sebuah perusahaan perikanan yang dituding telah mencemari Danau Toba? Sebab semua tahu, kampung halaman Hotman di Laguboti, Tobasa, Sumut, masih termasuk kawasan Danau Toba. Tegakah ia membela perusahaan yang menurut Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) sudah sejak lama mengotori perairan Danau Toba?

Masuknya Hotman ke dalam tim pembela Aquafarm, sangat bisa dimaklumi akan menimbulkan reaksi negatif bagi masyarakat sekitar Danau Toba ataupun di perantauan terhadap Hotman. Kalau hanya mencari uang, tentu bukan lagi level Hotman. Banyak kasus lebih heboh yang pernah ditanganinya, plus tarif yang terbilang bombastis. Dengan kata lain, motivasi Hotman tentu saja bukanlah ingin mengincar uang jasa pengacara. Bila demikian, kenapa Hotman harus “berhadapan” dengan bangsanya sendiri?

Tetapi di pihak lain, Hotman sebagai advokat juga memiliki hak yang tidak bisa diintervensi oleh siapapun. Ia berhak membela tanpa harus mempertimbangkan latar belakang siapa atau perusahaan yang sedang dibelanya. Termasuk membela Aquafarm Cs yang juga berusaha mencari jasa pendampingan hukum. Pertimbangan lain, ini mungkin saja, Hotman memandang persoalan Aquafarm Cs tidak melulu dari kacamata pencemaran lingkungan. Tetapi dalam aspek yang lebih luas, seperti ketersediaan lapangan pekerjaan maupun peningkatan pendapatan daerah. Sebab tidak bisa dipungkiri, kehadiran perusahaan tersebut juga banyak berkontribusi bagi masyarakat maupun bagi pemerintah sekitar Danau Toba.

Nah, di sinilah pertarungan batin itu hadir. Apakah Hotman akan membela perusahaan yang menurut satu pihak telah mencemari lingkungan Danau Toba. Pilihan lainnya, Hotman sebaiknya menolak untuk ikut campur. Sebab bagaimanapun, Hotman masih anak kandung dari bumi Tobasa, sebuah kabupaten di pinggiran Danau Toba. Dilematis, bukan?

Adalah perusahaan asal Swiss, PT Aquafarm Nusantara dan PT Suri Tani Pemuka (Grup Japfa) yang sudah cukup lama berinvestasi di perairan Danau Toba. Keberadaan perusahaan ini dianggap justru mencemari Danau Toba. Bayangkan, bahan makanan ikan (disebut pelet) yang tidak habis termakan ikan, selanjutnya akan mengendap di bawah perairan. Bukan sekilo-dua kilo yang mengendap, tetapi berton-ton.

Sejumlah tokoh asal Sumut juga sudah sering menyuarakan agar Danau Toba sebaiknya dibersihkan dari aktivitas Keramba Jaring Apung (KJA) yang telah mengepung bibir Danau Toba. Masyarakat setempat pun sudah berungkali melakukan demonstrasi untuk menuntut penutupan kegiatan yang dilakukan Aquafarm.

Terbaru, YPDT sebagai Organisasi Lingkungan Hidup untuk kawasan Danau Toba melaporkan Aquafarm Cs ke Polda Sumut, selain menggugat ke PTUN Medan. Seiring bergulirnya laporan tersebut, Hotman Paris Hutapea pun masuk arena.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline