Lihat ke Halaman Asli

Pardosa Godang

Pelayan, pengajar dan pembelajar

Bukan Hanya untuk Anak Sekolah, Mulai dari Para Pemimpin Malah

Diperbarui: 21 Oktober 2022   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

facebook.com/babyfrenofficial

Mencintai budaya lokal sudah lama menjadi keinginanku. Menjadikannya sebagai seragam anak-anak sekolah merupakan keinginan lama yang sudah menggebu. 

Terbetik ketika menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di salah satu desa Kabupaten Tapanuli Utara di Provinsi Sumatera Utara lebih dua puluhan tahun lalu. Dan menyisakan pertanyaan yang tetap bergelayut di dalam kalbu.

Menarik memang jika benar suatu hari bisa menjalankan aturan ini sebagai salah satu cara menanamkan cinta pada budaya. Sesuatu yang semakin tergerus akibat serbuan budaya asing sebagai dampak negatif modernisasi. 

"Sekadar" menunjukkan identitas budaya, jangan sampai melahirkan fanatisme sempit kedaerahan, apalagi jika berlebihan.

Ulos, Warisan Tenunan Batak yang Makin Ditinggalkan dalam Hidup Keseharian
Pengrajin ulos adalah profesi yang tidak menggembirakan yang suatu hari pasti akan ditinggalkan oleh masyarakat jika tidak ada perbaikan. 

Dalam suatu diskusi memperingati Hari Ulos Nasional tahun lalu, salah seorang Bupati menyampaikan jeritan pengrajin ulos: " ... masalah yang sudah bertahun-tahun adalah para perajin kami hidupnya datar dari tahun ke tahun. Mereka hidup pra-sejahtera sehingga kami khawatir perajin akan meninggalkan profesi tersebut dan beralih ke sektor pertanian".

Salah satu penyebabnya adalah penggunaan ulos sebagai hasil kerajinan dan mata pencaharian mereka makin ditinggalkan penggunaannya. Sekarang ini sangat jarang menjumpai orang memakai ulos selain lagi menghadiri upacara adat. Keterbatasan penggunaan ini menjadi salah satu faktor minimnya kebutuhan akan ulos yang juga berdampak bagi kesejahteraan pengrajin ulos.

Penggunaan ulos sebagai bagian dari seragam anak-anak sekolah tentu suatu peluang dalam meningkatkan kebutuhan sehingga memutar roda produksi usaha tenunan ulos nantinya. Menurut data terkini pada dapo.kemdikbud.go.id, ada 91.995 peserta didik di Kabupaten Tapanuli Utara. 

Bayangkan jika mereka membutuhkan selembar ulos saja pun untuk seragam sekolah, maka lompatan kebutuhan produksi akan terjadi berlipat-lipat. Belum lagi jika dihitung kebutuhan untuk Kabupaten/Kotamadya sekitarnya yang menjadikan ulos sebagai bagian dari tradisi.

Sebelum Siswa Sekolah, Dimulai Lebih Dulu oleh Para Pemimpin
Selain dipakai anak-anak sekolah, mimpiku lainnya adalah kalau ulos dipakai juga oleh para pemimpin. Betapa besar dampaknya, termasuk dalam pertumbuhan perekonomian yang selalu menjadi tantangan bagi setiap pemimpin, yakni menyejahterakan masyarakat yang dipimpinnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline