Di antara berbagai rilis berita pagi ini, salah satu yang paling menarik adalah ujaran Listyo Sigit Prabowo. Semua tahu beliau adalah Bapak Jenderal yang sekarang menjabat Kapolri. Dan semua juga akan maklum bahwa Kapolri adalah orang yang paling berat hidupnya sekarang ini di antara pejabat lain di republik ini.
Bukan Hukuman, Melainkan Dukungan
Jum'at minggu lalu semua pemimpin kepolisian dari Kapolsek, Kapolres sampai Kapolda dan Pejabat Utama dikumpulkan Presiden di Istana dan diberikan pengarahan. Suasananya sangat serius.
Beda dari biasanya. Semua datang sendirian (tanpa ajudan) dalam satu bis rombongan, tanpa topi dan tongkat komando, bahkan ponsel. Dalam sejarahnya, baru kali ini kejadian seperti ini.
Batas kesabaran Presiden sudah menjelang puncaknya. Reputasi polri babak-belur!
Pelakunya polisi sendiri pula. Pembunuhan anak buah sendiri, terbunuhnya ratusan penonton sepak bola di stadion, dan keterlibatan dalam urusan narkoba.
Semuanya bermuara pada jenderal bintang dua. 'Gimana 'nggak bikin sesak, 'kan?
Banyak yang bilang Presiden Jokowi "menyetrap" para pemimpin polisi tersebut. Masih ingat zaman sekolah dulu ketika guru menyuruh murid yang bandel untuk berdiri di depan kelas? Bahkan ada yang harus pakai angkat sebelah kaki bergantian sebagai "bonus" hukuman. Kira-kira begitulah setrap dimaksud.
Kalau di manajemen perusahaan -- pemimpin memanggil dan berbicara langsung kepada pemimpin lebih dua layer di bawahnya -- menunjukkan situasi genting dan penting. Extra ordinary!
Itu bisa berarti peringatan, bisa pula dukungan untuk memperbaiki keadaan.
Sudah Saatnya, Bapak Kapolri!
Sempat terkesan lambat dan terlalu berhati-hati, puji Tuhan alhamdulillah akhirnya Kapolri mulai tegas. Jenderal-jenderal yang membuat masalah sudah langsung dicopot dari jabatannya. Keren!