Lihat ke Halaman Asli

Pardosa Godang

Pelayan, pengajar dan pembelajar

Selamat Tinggal, Jenderal, Satunya Belum Terpental?

Diperbarui: 11 Oktober 2022   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://batam.tribunnews.com/2022/10/03/mahfud-md-minta-polri-segera-umumkan-pelaku-pidana-dalam-tragedi-di-stadion-kanjuruhan

Kemarin malam beredar kabar bahwa Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta diganti. Meski komunikasi resmi Polri mengatakan bahwa hal tersebut adalah tour of duty biasa -- sebagaimana biasanya "basa-basi" yang seakan mentradisi di institusi negara kita ini -- dengan mudah kita memahami bahwa "mutasi biasa" tersebut sebagai dampak ikutan tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang supporter sepakbola Malang.

Penyelidikan lanjutan semakin mengarah kepada kesalahan petugas keamanan dalam bertindak yang menyebabkan kepanikan penonton yang secara bergerombol berupaya menyelamatkan diri dari kerusuhan. Penggunaan gas air mata yang dilarang oleh FIFA makin memperburuk posisi polisi sebagai tertuduh. 

Beberapa hari setelah kejadian, beberapa pejabat kepolisian wilayah langsung dicopot, hingga tuntutan agar Kapolda juga diganti disampaikan oleh banyak orang. Dan kemarin itu adalah realisasinya.

Jenderal Kapolda Sudah Dicopot, 'Gimana dengan Jenderal PSSI?
Di dunia maya banyak berselebaran tuntutan agar Ketua Umum PSSI juga bertanggung jawab dengan tragedi sepakbola terparah di negeri ini. Mochamad Iriawan atau yang lebih dikenal sebagai Iwan Bule yang sekarang menjabat diminta untuk mengundurkan diri.

Dengan enteng, Inspektur Jenderal Polisi purnawirawan tersebut menjawab: "Bagaimana mau mengaitkan dengan saya, wong tidak ada kaitannya, koq". Enggak tahu 'gimana logika berpikirnya seakan mengatakan bahwa pertandingan tersebut bukan ranah PSSI, organisasi yang sedang dipimpinnya. 'Nggak jauh beda dengan ucapan "hadirin sekalian yang berbahagia" yang disampaikannya - alasannya karena lagi sedih dan kalut - ketika memberikan keterangan pers di Malang sehubungan dengan tragedi memilukan sekaligus memalukan tersebut.

Harga Diri yang Rendah, atau Kuatir Tanpa Kuasa?
Sangat berbeda dengan Itaru Nakamura, Kepala Polisi Nasional Jepang yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai bentuk tanggung jawab dan merasa bertanggung jawab atas kegagalan anak buahnya dalam pengamanan sehingga mengakibatkan terbunuhnya mantan Perdana Menteri Shinzo Abe oleh tembakan jarak dekat Tetsuya Yamanagi pada 08 Juli lalu.

Jika Jepang "terlalu jauh", mungkin kita bisa mendapatkan jawaban dari Nigeria, negeri yang secara geografis sangat jauh namun sifat dan karakter pejabatnya sangat dekat dengan bangsa kita. Abdulrahman Yunusa di Nigerian Tribune pada tanggal yang sama sangat prihatin dengan pejabat Nigeria yang sama sekali tidak bergeming dengan situasi penuh kekacauan keamanan di negerirnya (pembunuhan mengerikan, penculikan dan penganiayaan) dengan bertanya Why Our Leaders Can't Resign?. Jurnalis tersebut sampai pada kesimpulan, "Sadly they prepare to die in power than to live outside power.".

Haus kuasa alias kuatir hidup tanpa kuasa, seakan relevan dengan pejabat-pejabat gagal jadi teladan di negara kita. Lebih rela memilih kehilangan harga diri dengan melanjutkan hidup tanpa malu daripada hidup tanpa kuasa.

'Gimana menurut Anda?

Sumber:
https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/167123/ketua-pssi-iwan-bule-menjawab-desakan-mundur-usai-tragedi-kanjuruhan  
https://tribuneonlineng.com/why-our-leaders-cant-resign/
https://batam.tribunnews.com/2022/10/03/mahfud-md-minta-polri-segera-umumkan-pelaku-pidana-dalam-tragedi-di-stadion-kanjuruhan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline