Sejak gonjang-ganjing minyak goreng (migor) yang menimbulkan kehebohan di republik ini kelihatannya men-trigger Pemerintah untuk mencari dan menemukan berbagai solusi agar persoalan migor ini dapat segera teratasi. Solusi permanen tentu saja sangat diharapkan, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat sebagai konsumen.
Menelusuri kronologi "prahara" migor yang dimulai dengan kondisi harga mahal, langka, lalu melimpah di pasar konsumsi dapat diringkas sebagai berikut:
Oktober 2021:
Harga minyak goreng kemasan dan curah mulai naik di kisaran Rp 16.600-Rp 17.400 per kg
atau 0,9%-2,15%
November 2021:
Kelangkaan terjadi di beberapa daerah
19 Januari 2022:
Subsidi dan kebijakan satu harga minyak goreng, Rp 14.000 per liter
Januari 2022:
Kelangkaan masih terjadi
1 Februari 2022:
Harga Eceran Tertinggi (HET) per liter, curah Rp 11.500, kemasan sederhana Rp 13.500, kemasan premium Rp 14.000
5 Maret 2022:
Pemerintah janji gelontorkan 1,2 millar liter minyak goreng kemasan sederhana untuk 6 bulan ke depan
Hingga 15 Maret 2022:
Kelangkaan migor masih terjadi
16 Maret 2022:
Harga migor kemasan atau premium dilepas ikuti mekanisme pasar dan subsidi minyak goreng curah dengan patokan Rp 14.000 per liter
17 Maret 2022:
Menko Perekonomian pastikan minyak goreng curah subsidi ada di pasar tradisional dan minyak goreng kemasan premium di pasar modern
Dari kronologis tersebut terlihat bahwa Pemerintah sendiri mengalami kebingungan mengatasi persoalan dan kesulitan mengendalikan pasar dan para pemain yang juga terkesan "liar" dari bisnis yang memang menggiurkan ini. Hal tersebut pulalah yang akhirnya menggoda beberapa pejabat di perusahaan produsen migor dan pejabat pemerintahan yang selanjutnya berurusan dengan hukum dengan menyandang status tersangka.
Menteri Baru Solusi Baru
Tak lama setelah Menteri Perdagangan berganti ke Zulhas terasa perbaikan terjadi begitu cepat. Gonjang-ganjing hilang, distribusi migor kembali normal, dan pasar kembali tenang.
Persepsi bahwa keputusan mengganti Menteri oleh Presiden merupakan opsi yang sangat tepat.
Belakangan, Zulhas me-launch minyak murah dengan merek Minyakita yang dibanderol dengan harga Rp 14.000 per liter. Tidak semua pabrikan tertarik untuk memproduksi Minyakita yang segera saja terlihat merata di pasaran.
Minyak Murah, Bukan Minyak Curah
Beberapa pabrikan memproduksi dengan mencantumkan HET Rp 14.000 dalam kemasan yang nyaris semua dalam kemasan plastik sederhana.
Temuan di lapangan, hanya PT Bina Karya Prima (BKP) yang berani dan murah hati memproduksi migor tersebut dalam kemasan botol. Sebagaimana kita tahu, normalnya kemasan botol lebih mahal daripada kemasan plastik, entah 'gimana rahasianya BKP bisa menjual dengan harga yang sama.
Konon, Minyakita dipersiapkan untuk menggantikan minyak curah suatu hari nanti. Sejak beberapa tahun lalu, Pemerintah sudah berancang-ancang untuk tidak menjual migor curah lagi dengan pertimbangan kesehatan konsumen (lihat tulisanku sebelumnya tentang betapa berbahayanya mengonsumsi minyak curah ini). Namun selalu tertunda dengan berbagai faktor penyebab.
Minyak Makan Merah (3M), Produk Sehat Paling Murah
3M ini produk yang sedang digarap Pemerintah (dalam hal ini adalah Menteri Koperasi dan UKM) sebagai solusi paling jitu untuk kebutuhan minyak masyarakat. Sama-sama diproduksi berbahan baku sawit, 3M ini mengikuti proses produksi yang lebih pendek dibanding proses migor kemasan.
Tanpa bleaching untuk menjernihkan sehingga menghemat biaya produksi yang sekaligus juga memampukannya dijual sangat murah, yakni diproyeksikan hanya Rp 9.000,- per liter. Walau lebih murah, tapi 3M ini lebih sehat karena masih mengandung nutrisi yang dihilangkan oleh proses bleaching pada migor kemasan yang lebih mahal.