Minggu lalu beredar foto Gubernur DKI Jaya Anies Baswedan (AB) mengenakan -- konon -- stola di salah satu gereja. Segera saja mengundang perdebatan riuh karena ada yang memahami bahwa hanya pelayan gereja -- bahkan ada yang dengan sangat ketat berpendapat hanya pendeta saja -- yang pantas mengenakan stola yang "sakral" tersebut.
Masing-masing punya dalil kebenaran sendiri. Masing-masing gereja (baca: denominasi) juga punya ketentuan sendiri.
Dan, setelah aku lihat detil, "stola" yang dipakai AB berbeda dengan yang biasa dipakai pelayan ibadah, karena terlihat tulisan "terima kasih pak Anies" pada "stola" yang beliau pakai. Mana ada pendeta dan pelayan ibadah di mana pun di seluruh dunia pakai stola begitu? Artinya, yang dipakai AB hanyalah sekadar selempang yang mirip stola.
Bagiku, perdebatan tersebut hanya "pernak-pernik" yang mungkin saja memang direncanakan seorang AB yang selalu rindu mendapat panggung. Sebagaimana sering terlihat, setiap kesempatan dimanfaatkan AB untuk cari perhatian, apalagi ditunjang oleh kemampuan beliau dalam menata kata.
Momen yang terakhir ketika AB diperiksa KPK. Dengan gayanya yang khas plus sound system milik sendiri, beliau mengatakan "sedang membantu" KPK dalam menyelidiki kasus Formula E, ajang balapan yang sempat menimbulkan kegaduhan.
Banyak kontroversial yang ditimbulkan AB sejak terlibat politik praktis, utamanya ketika ikut pemilihan Gubernur DKI senyampang kegaduhan yang juga timbul bahkan sampai menjelang berakhirnya jabatan.
Politik ayat dan mayat, penajam rasisme sehingga dijuluki "Bapak Politik Identitas", dan ahli tata kata daripada tata kota adalah beberapa julukan yang disematkan sesuai sepak terjangnya selama memimpin Jakarta.
Di akhir masa jabatannya, terkesan AB ingin "memperbaiki diri". Salah satunya adalah dengan mendekati pihak gereja melalui kunjungan dan bantuan dan ujaran yang sangat berbeda jauh dari image yang sempat tercipta selama ini.
Namun, lagi-lagi Anies -- sengaja atau tidak -- menimbulkan kontroversi.
Puji Tuhan, kemarin DPRD DKI sudah mempersiapkan pengganti Gubernur AB yang akan berakhir masa jabatan Oktober nanti.
Ada 4 nama terpilih, namun 3 yang diusulkan ke Presiden untuk ditunjuk sebagai Penjabat Gubernur DKI sampai 2024.