Lihat ke Halaman Asli

Pardosa Godang

Pelayan, pengajar dan pembelajar

Pancasila yang Aku Rindu (5 - Habis): Pengamen Pancasilais

Diperbarui: 21 Juni 2022   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Ini baru terjadi kemarin. Tepatnya Rabu, 01 Juni 2022 bertepatan dengan hari libur peringatan hari lahirnya Pancasila. Menunjukkan betapa indahnya kehidupan yang beraneka ragam yang dijiwai dengan semangat persatuan dan kesatuan sebagai Indonesia.

Menikmati hari libur setelah semuanya menerima vaksin booster, kami sekeluarga beserta saudara seayah dan seibu lainnya "jalan-jalan" ke Sentul. Maksud utama sebenarnya untuk melakukan survey lokasi karena akan mengadakan acara kumpul-kumpul saudara sekandung pada tiga minggu mendatang. Karena lapar, kami singgah ke salah satu warung yang berada di komplek perumahan tersebut.

Selain makanannya yang memang lezat, kenikmatan bertambah dengan iringan grup penyanyi dan pemusik yang sedang 'ngamen di salah satu sudut yang disediakan oleh pemilik warung. Kualitasnya rata-rata, tapi lagu-lagu yang dibawakannya sangat menarik: beragam bahasa daerah yang ada di nusantara.  

Aku sempat merasa kecewa ketika mereka menyanyikan lagu Batak dengan cara "ala kadarnya" yang segera aku tahu mereka memang "berbeda". Rasa kecewa tersebut segera berubah menjadi respek ketika salah seorang mendatangi meja kami dan berkata, "Kami memang bukan penyanyi Batak, namun kami sedang belajar untuk menguasai lagu-lagu Batak supaya bisa menyanyikannya lebih baik. Demikian juga dengan lagu-lagu daerah lainnya, pak.".

Ketika melihat pengunjung yang sedang makan siang -- hampir semua datang berombongan -- barulah aku tersadar betapa beragamnya orang-orang yang hadir di sana. Di meja sebelah kami ada muda-mudi yang kelihatannya sedang melakukan penelitian bersama, ada juga grup motor gede, grup pesantren, pebisnis yang berusia senior, dan rombongan lain yang semuanya menikmati hidangan lezat di warung sederhana tersebut dengan bersenda gurau.

Betapa beragamnya kita. Semua bisa menikmati kegembiraan di negeri yang memang menghargai perbedaan yang menciptakan keindahan. Nikmat apa lagi yang harus kita dustakan? Cintailah NKRI, kawan-kawan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline