Lihat ke Halaman Asli

Pardomuan Gultom

Dosen STIH Graha Kirana

Algoritma Genetika: Solusi Atasi Problem Kemacetan Berbasis AI

Diperbarui: 8 Agustus 2023   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Shutterstock/Eddy Fahmi via KOMPAS.com)

Hal yang tidak disukai saat para orang tua saat mengantar anaknya ke sekolah adalah kondisi jalanan yang macet. Begitu pun pada saat pergi maupun pulang dari kantor. Situasi macet membuat waktu jadi tersita, terlambat masuk kantor atau sekolah, stres, badan semakin lelah, dan yang paling beresiko adalah pada saat mengantar pasien darurat menuju rumah sakit.

Kemacetan adalah keadaan dimana kendaraan mengalami berbagai jenis kendala yang mengakibatkan turunnya kecepatan kendaraan di bawah keadaan normal. Kemacetan akan sangat merugikan bagi para pengguna jalan, karena akan menghambat waktu perjalanan mereka.

Menurut Final Report Traffic Congestion and Reliability dengan judul "Trends and Advanced Strategies for Congestion Mitigation", yang dikeluarkan oleh Cambridge Systematics, Inc. (2005), terdapat 7 (tujuh) penyebab kemacetan, antara lain: Pertama, physical bottlenecks, yaitu kemacetan yang disebabkan oleh jumlah kendaraan yang melebihi batas atau berada pada tingkat tertinggi. Kapasitas tersebut ditentukan dari faktor jalan, persimpangan jalan, dan tata letak jalan.

Kedua, kecelakaan lalu lintas (traffic incident), yaitu kemacetan yang disebabkan oleh adanya kejadian atau kecelakaan dalam jalur perjalanan. Kecelakaan akan menyebabkan macet, karena kendaraan yang terlibat kecelakaan tersebut memakan ruas jalan. Hal tersebut mungkin akan berlangsung lama, karena kendaraan yang terlibat kecelakaan tersebut perlu waktu untuk disingkirkan dari jalur lalu lintas.

Ketiga, area pekerjaan (work zone), yaitu kemacetan yang disebabkan oleh adanya aktivitas kontruksi pada jalan. Aktivitas tersebut akan mengakibatkan perubahaan keadaan lingkungan jalan. Perubahan tersebut seperti penurunan pada jumlah atau lebar jalan, pengalihan jalur, dan penutupan jalan.

Keempat, cuaca buruk (bad weather), yaitu keadaan yang dapat menyebabkan perubahan perilaku pengemudi, sehingga dapat mempengaruhi arus lalu lintas. Contohnya: hujan deras, akan mengurangi jarak penglihatan pengemudi, sehingga banyak pengemudi menurunkan kecepatan mereka.

Kelima, alat pengatur lalu lintas yang kurang memadai (poor signal timing), yaitu kemacetan yang disebabkan oleh pengaturan lalu lintas yang bersifat kaku dan tidak mengikuti tinggi rendahnya arus lalu lintas. Selain lampu merah, jalur kereta api juga mempengaruhi tingkat kepadatan jalan, sehingga jalur kereta api yang memotong jalan harus seoptimal mungkin.

Keenam, acara khusus (special event), yaitu kondisi dimana terjadi peningkatan arus yang disebabkan oleh adanya acara-acara tertentu. Misalnya, akan terdapat banyak parkir liar yang memakan ruas jalan pada suatu acara tertentu.

Dan terakhir, fluktuasi pada arus normal (fluctuations in normal traffic), yaitu kemacetan yang disebabkan oleh naiknya arus kendaraan pada jalan dan waktu tertentu. Contohnya, kepadatan jalan akan meningkat pada jam masuk kantor dan pulang kantor.

Menurut data Tomtom Traffic Index yang dikutip oleh CNBC Indonesia (16/3), pada tahun 2022 yang lalu, Tomtom mencatat rata-rata waktu tempuh jarak 10 kilometer di Jakarta mencapai 22 menit 40 detik. Ternyata jarak tempuh itu meningkat 2 menit 50 detik dari tahun 2021.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline