Lihat ke Halaman Asli

Pardomuan Gultom

Dosen STIH Graha Kirana

Filosofi Pohon Pisang: Tak Akan Mati Sebelum Berbuah

Diperbarui: 7 Juli 2023   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (sumber gambar: altervista via uib.no) 

Saat kita mengingat pohon pisang, memori kita akan dibawa kembali kepada sebuah peristiwa dimana seorang pemuda bernama Paris Pernandes asal Binjai, Sumatera Utara, yang mendokumentasikan aksinya memukul-mukul pohon pisang dalam platform media sosial TikTok dan viral dengan slogan "Salam dari Binjai". Memori masa kanak-kanak kita juga akan memutar kembali ingatan meninju batang pohon pisang atau membuatnya jadi mainan dalam bentuk perahu kecil di sungai atau pada saat banjir. Namun, tulisan ini disajikan bukan untuk membahas kumpulan memori tersebut.

Sesuai referensi ilmu tentang tumbuh-tumbuhan, pisang merupakan nama umum yang diberikan kepada terna (tumbuhan yang berbatang lunak karena tidak membentuk kayu) raksasa, berdaun lebar memanjang, sebagai anggota famili Musaceae, yang banyak dijumpai di daerah tropis. Ada beberapa jenisnya, yakni Musa Acuminata, Musa Balbisiana, dan Musa Paradisiaca, yang menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi.

Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok yang tersusun menjari, dengan sebutan "sisir". Meskipun ada beberapa jenis pisang yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam, namun hampir semua jenisnya berkulit kuning saat matang. Sebagai bahan pangan, buah pisang mengandung karbohidrat dan mineral, terutama kalium.  

Batangnya dalam bahasa Jawa sering disebut "gedebog" atau "debog", yang punya banyak manfaat. Dalam pagelaran wayang kulit, gedebog pisang berada pada posisi terhormat, yang dijadikan tempat menancapkan wayang. Selain itu, gedebog dapat dijadikan kerajinan dan bisa juga diolah untuk campuran makan ternak.

Selain itu, daunnya digunakan sebagai bahan dekorasi pada berbagai kegiatan adat dan keagamaan atau sebagai bahan pelengkap dalam kuliner, seperti yang dilakukan beberapa negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Daun pisang mengandung polifenol, yaitu senyawa alami pada tumbuhan yang berperan sebagai antioksidan di dalam tubuh, dalam jumlah besar yang sama seperti daun teh, mengandung senyawa Epigallocatechin Gallate (EGCG), sehingga menghasilkan aroma khas ketika dijadikan bahan pelengkap makanan.

Tak Akan Mati Sebelum Berbuah

Sebagai manusia, terkadang kita tidak mampu menangkap makna di balik keberadaan tanaman atau tumbuhan yang ada di sekitar kita. Terlebih hal itu menyangkut makna filosofis dan mengandung metafora terhadap nilai religius-spiritualitas.

Semua bagian tumbuhan pisang bisa dimanfaatkan, mulai dari daunnya yang berguna sebagai pembungkus makanan, pelepahnya untuk barang kerajinan, hingga buahnya untuk dikonsumsi. Ia mengandung makna filosofis bagi manusia. Ia dapat dijumpai di sepanjang musim tanpa mengenal waktu. Kemampuan adaptasi pisang dapat membuatnya berbuah sepanjang tahun.

Ia tidak mau mati sebelum dapat berbuah. Sebelum mati, ia meninggalkan manfaat buat manusia dan melahirkan tunas-tunas muda. Artinya, pohon pisang dapat memberikan gambaran yang baik mengenai alih generasi. Begitu pun, jika dikontekstualisasi ke pergantian kepemimpinan, maka pohon pisang mengajarkan kepada manusia agar mempersiapkan regenerasi kehidupan.

Pohon pisang juga punya daun yang dapat digunakan sebagai payung atau perlindungan dari guyuran hujan atau terik panas matahari. Orang Jawa menyebutnya dengan istilah gedhang atau gegayuhane dhasar ngayomi, yaitu cita-citanya menjadi pelindung atau melindungi dan mengayomi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline