Lihat ke Halaman Asli

Paras Tuti

TERVERIFIKASI

Cakrawala Dunia Indonesia-Jepang

Islam dari Kacamata Awam Orang Jepang

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="524" caption="Kuil Kiyomizu di kawasan perbukitan Kyoto, Jepang | Kompasiana (Kompas.com, Frans Sarong)"][/caption]

Hidup menjauh dari tanah air, menjadikan diri ini lebih tajam dalam melihat segala sesuatunya. Sebelumnya tidak begitu saya disadari, bahwa yang saya lakukan dalam keseharian ini sangat berbeda dengan mereka. Dan saya tidak bisa menuntut mereka untuk memahaminya. Saya hanya berpikir, kita harus mencoba memahami mereka. Dengan begitu mereka akan memahami kita.

Selama bertahun hidup di Nagoya, saya mencoba mengumpulkan rasa penasaran orang-orang Jepang itu terhadap Islam. Dan mencoba merespon pemahaman mereka dengan cara mempelajari hal-hal yang mendasar mengapa mereka penasaran atau ingin mengetahui tentang Islam. Semakin hari semakin banyak orang Jepang yang ingin mengetahui tentang Islam. Apalagi, sejak dua tahun lalu Jepang membuka besar-besaran masuknya orang asing, baik sebagai pekerja, pelajar ataupun sebagai wisatawan. Pemerintahan Jepang sejak peristiwa tsunami 11 Maret 2011, banyak sekali kehilangan wisatawan. Target mereka untuk sementara menjaring wisatawan dari Asia. Untuk itu beberapa cara mereka lalukan, misalnya membebaskan visa untuk beberapa negara Asia. Dan menyediakan fasilitas-fasilitas ruang ibadah di beberapa bandara internasional. Dalam hal makanan juga begitu. Makanan tradisional Jepang yang berbahan dasar non daging, mereka kemas sesuai dengan rasa yang bisa diterima lidah asing. Misalnya sushi, nasi kepal yang diatasnya diletakkan ikan mentah. Dan udon, mie tradisonal yang kuahnya dari kaldu ikan. Karena itu, mereka yang bekerja di dunia pariwisata, mulai mempelajari tentang kebutuhan-kebutuhan wisatawan untuk tetap beribadah selama travelling di negaranya. Orang-orang Jepang ini sebetulnya ingin juga mengetahui, apa sih itu agama itu. Hanya karena tidak dibiasakan dengan menganut keyakinan pada sesesuatu agama tertentu, menjadikan mereka awam sama sekali dengan apa itu yang dinamakan agama. Apalagi juga karena keterbatasan bahasa, menyebabkan kesulitan dalam menyampaikannya, jika mereka bertanya. Mengakui sesuatu yang "besar" di luar dirinya sebagai manusia, adalah manusiawi, dan orang Jepang pun demikian. Jadi sebetulnya ada banyak jalan untuk memberikan pemahaman tentang agama yang kita anut. Yaitu, dengan cara memberikan penjelasan sebatas yang mereka pahami. Seberapa jauh pemahamannya, kita bisa amati dari keseharian mereka. Tetapi juga harus kita sadari, rasa penasaran itu sebetulnya bukan pada ketertarikan pada agama itu sendiri. Tetapi lebih pada urusan penelitian atau tugas pekerjaan. Misalnya, tugas mereka hanya bagaimana supaya wisatawan itu lebih banyak terjaring. Hanya itu, tidak lebih. Tetapi tidak menutup kemungkinan mereka terbuka hidayahnya, dan mereka akan tertarik mempelajarinya lebih dalam. Dan inilah beberapa pertanyaan yang sering mereka lontarkan berkenaan dengan agama Islam. Menghadapi pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang terlontar dari orang Jepang yang awam ini kadang-kadang membuat saya merasa tercekat. Hanya bisa bergumam, "Ooh itu yang mereka pahami". Dan termenung mencari jalan untuk mencoba menjawabnya. Alasan apa yang mendasari timbulnya pertanyaan itu? Berikut ini beberapa rasa penasaran mereka yang telah saya kumpulkan selama tinggal di Nagoya ini. Dan inilah pertanyaan-pertanyaan yang orang Jepang lontarkan pada saya sehubungan dengan Islam.

Tidak makan daging babi

豚肉は食べないの?何で? Kenapa tidak makan babi? Apakah karena kendaraan Tuhan? Apakah karena perwujudan dari Tuhan?

Alasan munculnya pertanyaan ini, karena sebagian besar dari Kuil Shinto mempunyai simbol patung berbentuk kitsune (rubah). Patung ini ada disetiap sudut area kuil. Pernah saya tanyakan ke beberapa teman, mengapa rubah?. Rubah juga diistilahkan dengan Inari. Menurut legenda, dulu manusia pernah membuli rubah. Tetapi sesuatu ketika manusia mendapatkan kesulitan, si rubah itu datang menolong, karena itu manusia ingin membalas budi dan hormat pada rubah.

Rubah dan babi ini sama-sama binatang. Berdasarkan analogi itu rasa penasaran mereka mengapa orang Islam tidak makan daging babi muncul.

Di sini Jepang

ここは日本だよ!トゥティさんの国じゃない、豚肉を食べないの?断食をするの? Di sini bukan di negaramu, di sini, Jepang. Kenapa tetap tidak makan babi? Kenapa tetap juga berpuasa? Mohonlah pada Tuhanmu, pasti akan dapatkan despensasi.

Ada peribahasa 郷に入っては、郷に従え。Kira-kira artinya sama dengan, “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”. Sudah menjauh dari tempat negaramu, kenapa masih juga melakukannya?“Karena Tuhan saya hanya satu, jadi kita hidup dimana saja tidak ada beda”. Itu respon yang sering saya katakan.

Sama juga dengan waktu saya merespon pertanyaan tentang arah kiblat sholat 西向き?なるほど!統一の印だね。“Ooo,…jadi untuk pemersatu ya, mengapa sholat kearah Barat”, itu komentar mereka setelah saya menjelaskannya. Jadi Kabah yang ada di Mekkah itu sebagai media untuk mempersatukan, jadi tidak ada masalah mau sembahyang dimana pun, termasuk di area taman bagian dari area Kuil Budha ataupun Kuil Shinto.

神社、お寺を行くのは大丈夫?豚肉と触ちゃう、大丈夫なの? ”Berkunjung ke Kuil, dan menyentuh makanan yang bahan dasarnya daging babi, itu bolehkah?”

Pertanyaan ini pernah mereka tanyakan, waktu saya kerja sambilan di sebuah super market, tugasnya menata barang yang siap dijual. Kalau memindahkan atau menata barang dalam rak bagi saya tidak mengapa, karena itu bagian dari kerja. Yang tidak boleh adalah memakannya. Saya menjelaskannya seperti itu.

Dan kalau kita mau melakukan sholat di mana saja itu tidak jadi masalah, karena kita hanya pinjam tempat saja. Karena yang kita ajak berkomunikasi adalah Tuhan menurut keyakinan kita, jadi lebih berdasar pada yang tak terlihat.

Mengapa mereka muncul penasaran itu? karena mereka sangat pragmatis cara berpikirnya. Kalau mau lancar sekolahnya, ya berbondong-bondong ke kuil khusus pemberkatan supaya bisa konsentrasi kerjakan ujian. Kalau mau nikah, pergi ke kuil tertentu (artikel: Pernikahan A la Shinto). Kalau ingin sehat kehidupan seks dan supaya bisa punya anak pergi ke kuil Tagata (artikel: Patung alat kelamin di Kuil Tagata)

Tuhan Maha Pengasih

毎日5回やっているの?まるまる一ヶ月断食するの?神様に許してもらえば、。。。 Mengapa tiap hari 5 kali sholat? Berpuasa 1 bulan penuh? Mintalah pada Tuhanmu, pasti Dia akan mengijinkan, karena Dia Maha Pengasih

Menyikapi pertanyaan orang Jepang mengenai puasa, jika kita menjelaskan yang tidak mereka temui dalam kesehariannya akan susah ditangkap. Misalnya demikian. Salah satu alasan berpuasa untuk merasakan penderitaan orang yang tidak bisa makan. Alasan tersebut susah dipahami, karena negara Jepang  menjamin orang yang tidak bisa makan.

Saya mencoba menjelaskan dengan demikian. Sebagai manusia itu perlu refresh dari kerutinitas. Orang Jepang pun juga demikian. Dan cara refresh itu berbagai cara. Islam mengajarkan untuk selalu merefresh dalam hidup 24 jam 5 kali sholat disela-sela rutinitas kegaiatan sehari-hari.

Selama seminggu, tertama orang laki-laki sebagai imam keluarga, perlu direfresh dan untuk menjalin silaturrahim, menanyakan kabar keluarga dlsb. Jadi perlu direfresh dengan cara menjalankan solat Jum’at bersama, berkumpul dalam suatu tempat.

Begitu juga puasa. Selama setahun, kita perlu membuat suasana beda, selama sebulan penuh dari 11 bulan bulan yang lain. Tujuannya untuk meningkatkan kesabaran dan keikhlasan. Ibadah haji pun demikian, hanya sekali semur hidup.

Jadi intinya kita diajak untuk merefresh diri sendiri selama waktu yang ditentukan. Karena waktu-waktu itu merupakan limit dari kemampuan manusia.

Masih muda, tidak perlu melakukan

まだ若い!なぜ巡礼をするつもりなの?。。。 Masih muda, kenapa mesti melakukan ritual keagamaan (misalnya, pergi haji)

Kenapa muncul rasa penasaran seperti ini? ini karena mereka mempunya sipirt 我慢強い, telaten dan sabar. Jadi menurut mereka, masa produktif itu, harus bekerja, hidup sepenuhnya bekerja. Untuk memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan regili, nanti jika waktu mereka bener-benar bisa berkonsentarasi.

Pernah saya waktu mengunjungi 清水寺 kuil Budha Kiyomizudera di Kyoto. Pada waktu itu ada rombongan ziarah kuil, dengan berbaju khusus warna putih, mereka berjalan pelan-pelan sambil membawa semacam tasbih dan bertopi besar. Hampir semuanya berusia di atas 60 tahun.

Toast dengan softdrink

お酒を飲めないね、ジュースで乾杯しましょう Tidak minum minuman keras ya, ya udah kita toast dengan softdrink aja ya

Bagi meraka, minuman keras 日本酒yang berbahan dasar beras ini merupakan minuman suci. Karena itu harus ada dalam setiap acara untuk kebutuhan 乾杯 kanpai atau toast, merayakan keberhasilan seseorang, misalnya.

Di area kuil Shinto pun banyak ditemui susunan tong-tong minuman beralhokol di pajang. Juga waktu tahun baru. Pada saat itu, mereka bersyukur pada Yang Kuasa versi mereka, karena hasil panen yang yang melimpah. Dan nihon shu, minuman keras tradisonal itu symbol dari hasil panen yang melimpah. Jadi bagi mereka, minuman keras itu minuman suci. Kalau kita menyatakan tidak minum alkohol, mereka juga menghormati, dengan cara mengganti gelas khusus untuk minum jus pada saat acara minum.

Bersih sebelum masuk rumah ibadah

手・顔・口を洗うの?神社のお参りと一緒だね。 Ooo,..perlu bersihkan tangan, muka, kumur-kumur juga ya (sebelum melakukan sholat), mirip kalau orang Jepang kalau mau masuk Kuil Shinto.

Itu komentar mereka setelah mendengar penjelasan tentang wudhu. Jadi prinsip untuk membersihkan diri sebelum berkomukasi dengan Tuhan itu sama. Yakni, untuk memisahkan dari duniawai, masuk dalam ranah nirvana tempat Tuhan bersemayam

Mereka akan senang hati menunjukan washtafel sebagai tempat wudhu. Tetapi, sayang sekali, sebagian dari kita masih ada yang belum bisa menjaga kebersihannya. Misal, kalau mau ambil wudhu, karena tempat wastafel selalu kering, ya sebaiknya setelah pakai, kita membersihkannya dari ceceran air. Dan tidak lupa membuang tissue pada tempatnya.

Karena sebetulnya mereka tahu prinsip dari Wudhu. Sebelum masuk dalam sebuah kuil Shinto, selalu ada tempat semacam bak yang airnya selalu mengucur lengkap dengan gayung bertangan panjang. Dan selalu bersih.

Perempuan kedudukannya rendah

好きなインドネシア男性がいるけど、「一夫多妻」について、心配なの。 「熱くない?」。「自由に動けない」 "Saya tidak mau bersuamikan orang Islam, karena mereka akan menikah lebih dari 1 kali". Dan perempuan itu kedudukannya rendah karena memakai baju yang tertutup.

Itu komentar dari seorang teman wanita Jepang. Saya katakan, justru adanya itu kita yang perempuan ini dijunjung tinggi. Karena orang laki-laki yang paham, tidak akan melakukan perkawinan lebih lebih dari 1. Tetapi susah juga menjelaskannya, karena kenyataannya memang banyak laki-laki tanpa alasan, menikah lebih dari satu kali.

Kalau masalah baju yang tertutup, saya jelaskan karena semua yang melekat di wanita itu perhiasan, ya itu salah satu untuk menjaga supaya tidak dicuri orang lain. Juga alasan keamanan dan alasan identitas. Sepertinya alasan identitas ini yang bagi mereka tidak masuk akal, karena mereka tidak terbiasa berbeda dengan yang lain.

"Yang terpenting kita semua mempunyai cara agar baju itu tidak menjadi halangan dalam kerja". Saya menjelaskan demikian sehubungan dengan aktivitas kerja. Tetapi masalah baju ini, sampai sekarang masih menjadi masalah dengan teman-teman yang bekerja di pabrik dan di bidang kesehatan.

Di Indonesia ada agama yang tidak berTuhan Esa

ヒンドゥー教は神様が多い、イスラム教の神様は一つだけ。インドネシア人にとって「神様」ってどんな感覚なの? Bagaimana sikap orang Indonesia terhadap agama yang tidak mengajarkan Keesaan Tuhan? Pertanyaan ini pernah lontarkan pada saya oleh orang Jepang yang pernah lama tinggal di Bali.

Memiliki keyakinan bahwa Tuhan itu ada, sebetulnya hal pokok yang harus dipahami oleh orang Jepang. Pada umumnya orang Jepang yang tidak pernah keluar dari negaranya untuk melihat negara lain ini tidak begitu antusias mengenai agama. Karena imej mereka agama itu tidak membuat damai manusia.

Beberapa orang yang pernah tinggal di Bali, pernah bertanya "Apakah Tuhan orang Bali dan Tuhan orang Jawa itu tidak bentrok? Karena, khan Hindu itu mempercayai banyak Tuhan dan Orang Jawa yang kebanyakan Islam dan Nasrani itu hanya 1 Yang Maha Esa?". Pertanyaan itu adalah murni dari mereka yang tidak mengenal agama.

Sempat terpikirkan juga sih bagaimana saya harus menjelaskan, bahwa keberadaan Tuhan inilah yang terpenting. "Jadi walaupun beda keyakinan, kalau kita sama-sama mengakui keberadaan Tuhan dan menyadari bahwa Tuhan itu ada, sudah menjadi bekal untuk hidup saling menghargai" Saya berusaha menjelaskannya

"Tetapi mengapa dibelahan dunia lain ada yang berseteru" Tanya mereka kembali. Respon saya hanya, orang tersebut kurang dalam hal pengetahuan dengan yang dia yakini. Karena pada dasarnya agama itu bukan untuk saling berseteru, tetapi untuk saling berdamai satu dengan yang lain.

Sebuah Harapan

"Apakah anda mempunyai message untuk orang –orang Jepang yang awam tentang islam?" tanya mereka. Dan inilah jawaban saya. 「自爆テロをやった人はイスラムの人じゃない」に分かってくれれば、ありがたい。"Kalau anda semua mau memahami, bahwa yang melakukan bom bunuh diri itu, bukan orang Islam yang sesungguhnya, itu sudah cukup bagi saya". Pernyataan atau respon semacam ini. selalu saya pakai untuk menutup diskusi dengan mereka

Hanya ini, yang bisa saya sampaikan pada mereka, untuk mengurangi rasa penasaran itu. Walaupun saya yakin, sebetulnya masih berjubel rasa penasaran dalam benak mereka. Dan saya berusaha sedapat mungkin menjelaskan dengan jawaban yang bisa mereka tangkap.

Pada intinya, kita melakukan ini semua ada alasannya. Yakni, kalau kita mau menjadi manusia yang kualititasnya lebih baik, kita harus dengan sengaja meniatkan diri kita mengikuti suatu ujian. Dan nanti Tuhan akan menguji dan menilainya. Hal-hal di atas adalah ujian yang telah disediakan oleh Tuhan untuk kita, supaya menjadi menjadi lebih berkualitas.

"Apakah harus dilakukan?" Tanya mereka. Ya, kalau mau menjadi manusia lebih berkualitas. Kalau tidak mau, ya tidak apa-apa, karena sesama manusia tidak bisa memberikan nilai. Tuhan yang akan menilai jika masanya tiba, kalau kita sudah mendekati hari kelulusan. Demikian saya berusaha menjelaskannya.

Dengan analogi antara Indonesia dan Jepang yang mereka pahami, saya berusaha untuk mengurangi rasa penasaran dari mereka. Lain orang, lain lagi cara menjelaskannya tergantung dari pengetahuan tentang keagamaannya, pengetahuan tentang cara pikir orang Jepang dan juga tentu saja kemampuan Bahasa Jepang untuk menyampaikannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline