Lihat ke Halaman Asli

paras sujiwo

Research Director at www.kalimadata.com

Memahami Kredibilitas Lembaga Survei dari Rilis Hasil Surveinya: Kasus Beda Hasil Survei Pilkada Kota Bekasi

Diperbarui: 14 Oktober 2024   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Survei politik memainkan peran penting dalam mengukur preferensi pemilih, namun kredibilitas lembaga survei perlu diperiksa ketika hasil menunjukkan perbedaan mencolok. Rilis terbaru dari LSI, Linus, dan Media Karya dalam Pilkada Kota Bekasi menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana data digunakan dan mungkin dimanipulasi.

Konsistensi Data dari LSI dan Linus

LSI dan Linus menunjukkan hasil yang konsisten. Pasangan Tri Adhianto-Harris Bobihoe unggul dengan elektabilitas 51-52%, sementara Heri Koswara-Sholihin berada di posisi kedua dengan 30-32%. Hasil survei LSI menggunakan multistage random sampling, melibatkan 440 responden dengan margin of error 4,8%

Sementara itu, survei Linus menunjukkan angka yang mirip dengan Tri Adhianto-Harris unggul di 51,88% dan Heri Koswara di 32,7%

Keanehan dalam Survei Media Karya

Di sisi lain, hasil survei Media Karya (Etos Institut) menunjukkan hasil yang sangat berbeda. Pasangan Heri Koswara-Sholihin justru memimpin dengan 38,7%, sementara Tri Adhianto-Harris Bobihoe berada di posisi kedua dengan 26,8%. Survei ini mengklaim memiliki tingkat kepercayaan 96% dan melibatkan 1.200 responden dengan margin of error 2,23%, yang merupakan metodologi yang tidak lazim dan berbeda dari standar yang digunakan lembaga survei lainnya

Mengapa Perbedaan Ini Penting?

Ketika hasil dari lembaga-lembaga survei kredibel seperti LSI dan Linus konsisten, tetapi berbeda drastis dari hasil lembaga yang metodologinya kurang jelas seperti Media Karya, hal ini menimbulkan kecurigaan. Dengan data yang sama, hasil survei bisa "dibuat berbohong" demi keuntungan pihak tertentu. Konsistensi hasil dari LSI dan Linus mencerminkan penggunaan metodologi yang lebih transparan dan akurat. Namun, survei Media Karya menimbulkan kecurigaan karena metodologi yang digunakan tidak lazim, terutama dengan tingkat kepercayaan yang berbeda dari standar ilmiah umum (95% atau 99%).

Survei Bayaran: Manipulasi Data?

Survei "bayaran" sering kali menjadi alat politik untuk mempengaruhi opini publik dengan memanipulasi hasil. Ketika hasil survei berbeda secara drastis tanpa penjelasan yang jelas, hal ini menimbulkan tanda tanya tentang apakah data tersebut telah digunakan dengan cara yang manipulatif.

Kesimpulan: Waspadai Hasil Survei

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline