Selalu seindah itu,
Manakala jingga merona di angkasaMu,
Tetap seindah itu,
Ketika harapan masih bertengger mesra dalam setiap pijak kakiku.
Disini aku menantang sepi,
Mengapa ia datang di tengah deru ombak yang tengah riuh menepi,
Disini aku menata hati,
Mengapa ia gusar merasakan indah ciptaanNya Sang Sejati.
Di langitNya ada biru,
Di bawahnya hamparan laut berwarna senada.
Andai Ia tumpah ruahkan segala isinya,
Apa jadinya aku dan hidupku...
Sejenak menjeda dari palung putus asa,
Disini tak kutemukan lagi renjana,
Sekian lama ku habiskan waktu melewatinya,
Tak pernah ada gejolak semerdu ini meronta.
"Maha Sempurna Ia ciptakan semesta,
Hingga aku yang sekecil ini pun tak luput dari penjagaanNya.
Meski aku berlumurah aib dan terlalu rapuh mengiba.
Tak sekejapun pandangan dipalingkanNya."
Pulau Harapan, 12 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H