Lihat ke Halaman Asli

Taufik Yoga Pratama

Sharing and Connecting

Sebuah Artikel dan Komentatornya

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1427354659369674471

[caption id="attachment_357449" align="aligncenter" width="495" caption="Centre of attention"][/caption]

Selamat siang, Kompasianers.

Pernahkah anda sekalian membaca artikel HL dan TA di forum tercinta kita ini? Yang nangkring dengan gagah sebagai bentuk apresiasi admin atas jerih payah seorang penulis dalam menuturkan ide, gagasan, dan informasi yang dianggap layak untuk dibaca banyak orang.

Pasti pernah dan saya yakin kebanyakan kita akan membuka artikel tsb ketika awal masuk ke laman Kompasiana. Karena itulah tujuan dan esensi sebuah artikel di HL-kan atau di TA-kan. Layak (dan wajib) dibaca.

Bahkan dari predikat HL dan TA, sempat terjadi intrik di K. Dimana beberapa K-ers merasa ada kejanggalan dalam penyematan predikat tsb, tidak adil dan berimbang, terlalu terlihat affiliasi adminnya, dsb. Buat saya, sebodo amat.

Selain informasi (ide/gagasan) yang terkandung di artikel tsb, yang menjadi (lebih) menarik pada artikel-artikel HL dan TA adalah kolom komentar.

Apa saja yang menarik dan layak dicermati pada kolom komentar artikel HL dan TA?

1.Perayaan

Sebagai suatu predikat yang mentereng dan bonafide, penyematan HL dan TA bagi sebagian K-ers menjadi layak dirayakan. Komentar-komentar berupa ucapan selamat pun akan nangkring disitu. Ada beberapa K-ers yang memang saya amati sering muncul dan mengucapakan selamat di banyak artikel HL dan TA tanpa pandang bulu, contohnya Pak Tjip. Namun tidak sedikit pula yang hanya melakukan “perayaan” di artikel-artikel “gerombolan”nya saja, sementara atikel HL dan TA lainnya tidak.

2.Tempat penitipan Jemuran

Hal ini menjadi mahfum lantaran dengan views yang banyak, tak pelak komentar nitip jemuran pun tak sedikit jumlahnya. Baik berupa titipan artikel di K, artikel tandingan, maupun link situs lainnya.

3.Diskusi

Sudah barang tentu artikel HL dan TA menjadi ajang yang tepat untuk saling bertukar pendapat. Berawal dari sekadar tanya jawab ringan terkait informasi yang terkandung, hingga caci maki (secara halus, tidak seperti Pak Ahok. Heuheu..) sering terjadi di kolom komentar. Pun bisa berujung dengan munculnya artikel tandingan karena merasa kolom komentar tidak mengakomodir informasi sanggahan dan mungkin dari segi intensitas perhatian (pembaca) yang diharapkan.

4.Ngerumpi

Ini yang sering terjadi jika penulis artikel HL dan TA mempunyai “gerombolan”, rumpi dan kasak kusuk yang terjadi di kolom komentar bisa terkait dengan artikel maupun tidak. Topik rumi-an biasanya tentang penulis lain yang “tidak sepaham”, si anu, maupun si inu. Heuheu.

Itu sekilas “isi” kolom komentar dari yang saya amati pada beberapa artikel HL dan TA. Bisa jadi suatu artikel memuat keempat poin tsb, bisa juga hanya sebagian. Dan mungkin ada poin-poin lain dari yang saya utarakan di atas.

Bagi saya, berteman dan menjalin komunikasi itu penting dan sangat dianjurkan di K ini. Namun jika dan hanya jika nongol di artikel-artikel teman penulis yang “sepaham” saja, maka saya sebut “gerombolan”. Bukan dalam arti negatif, tapi karena suka bergerombol. Heuheu.

Jadi, anda termasuk komentator yang mana?

Kawasan Sudirman, 26 Maret 2015

-Paranoia –

@yoga_paranoia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline