Lihat ke Halaman Asli

negeri patah hati

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: nur effendi

Berlari di atas puing-puing

Mereka berteriak dan saling memaki

Taman hati menjadi kuburan mati

Bunga kantil semerbak mewangi

Sudut sana yang lain menggerutu

Saling tuduh, karena kau ia berselingkuh!

“bukan…bukan…aku”

Kayu dan batu terbang seribu

Mereka mengumpat

Hatinya tergurat dan yang lainnya patah

Tak lagi memerah, hitam jadi arang

Gelapnya menutup logika

Tak ada lagi kesenjangan

Semua sama rata

Tiada yang berdiri tegak maupun duduk di atas tahta

Disepanjang langkahan

Semua saling menghancurkan

Penguasa putus asa

Tak ada lagi percaya

Kata-kata tiada guna

Ia ikut menghancur jua

Aku luka!

Hidupku tiada guna!

Terlontar semua kata penanda pisah

Tiada yang melerai, biarkan saja…

Setelah tiada lagi yang tersisa

Hancur negeri porak-poranda

Pemilik hati yang patah melelah

Ini semua sebab CINTA

Sayu memandangi semua

Di bumi pria saja yang yang ada

Para wanita terbahak memandang dari langit sana

Kandang kancil, 6 November 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline