Lihat ke Halaman Asli

Koalisi Merah Putih Menguasai Parlemen, Era turun Jalan Akan Segera Dimulai!

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Koalisi Merah Putih yang digawangi oleh Prabowo, sepertinya tampak semakin santai dan berkuasa. Tenang namun menghanyutkan layaknya filosofi lumpur hisap.

Koalisi merah putih mengatasnamakan “kepentingan rakyat”, kerapkali berorasi akan menentang habis-habisan pemerintahan terpilih Jokowi jika tidak sesuai dengan kepentingan rakyat, akan menggawangi perlawanan jika kepentingan-kepentingan kebijakan yang diambil adalah demi kepentingan asing.

Ada pepatah mengatakan, “Si Kotor Menuduh Si Bersih akan Perbuatan Busuknya sendiri”. Seperti melakukan pencucian tangan atas perbuatan jahatnya dan menghempaskannya ke orang-orang yang dirasa bisa dikotomi.

UU MD3 telah disahkan, UU Pilkada disahkan walau dalam polemik. Beberapa Spekulasi mengatakan bahwa Presiden SBY akan mengeluarkan Perpu Pilkada untuk mengkotomi UU Pilkada yang baru saja digolkan. Namun ini hanyalah retorika yang mengaburkan.

Kita sudah tahu arah perpu tersebut “Menuju ditolak DPR terpilih”.

SBY hanya ingin mencuci muka dan tangannya sehingga bisa lepas tangan namun tetap memiliki posisi di pemerintahan. Kubu yang kuat saat ini tentu terlihat Jelas, Kubu Koalisi Merah Putih. Presiden SBY hanya ingin melabuhkan kapal demokrat di KMP karena taji KMP tentu jauh lebih kuat dibandingkan kekuatan daya tawar Koalisi Indonesia Hebatnya Jokowi. Demokrat Walkout tanpa Sepengetahuan SBY? “That’s nonsense”.

Saat ini, apalagi yang tidak kita ketahui?, dalam agenda politiknya Prabowo jelas mengusulkan perombakan kembali pemilihan langsung presiden menjadi pemilihan oleh MPR. Kita sudah tahu apa keinginan sejati Prabowo, bukan demi rakyat. Namun, demi Kekuasaan Semata.

Tidak lama katakanlah “setahun pemerintahan jokowi” kemudian digulingkan dengan dasar angket MPR. Siapa yang akan diangkat oleh MPR? “PRABOWO”.

Seseorang dapat dinilai dengan mudah dari perkataan dan konsistensi sikapnya. Seseorang yang kehilangan idealisme ataupun sikap mengayominya cenderung tidak stabil. Seseorang yang tidak stabil akan tampak tamak dan penuh dengki, pada tahapan ini seseorang bisa dikatakan tidak waras jiwanya.

“Seorang pemimpin berjiwa besar, jika tidak maka dia bukan pemimpin” Dalam teori matematika Negasi dari 0 adalah 1 dan negasi dari 1 adalah nol. Kita tidak perlu mencari definisi apa-apa pada tahapan ini. Kita jelas tahu siapa yang berjiwa besar dan tidak berjiwa besar.

Seseorang yang kalah sebenarnya berpotensi menjadi seorang “Soko Guru”, “Sang Pendamping” jika dia tahu menempatkan dirinya. Jika gagal “Dia bisa menjadi Pecundang yang menggerogoti kebaikan.”

Pada Debat Capres Satu hingga Debat Terakhir, dapat dicermati bahwa Tidak ada satupun “Agenda Politik Prabowo” yang mengatakan bahwa Pemilihan Langsung, ataupun sindikasi mengenai Pemilihan Kepala Daerah, hingga pemilihan Presiden “secara langsung” yang mengganggu pikirannya. Malahan dia melihat bahwa Demokrasi adalah sebuat sosok yang memerdekakan secara sikap. Dimana itu Sekarang?. Tentu saja tidak ada lagi, sikap itu berubah semenjak kekalahan Prabowo diumumkan.

Sikap tidak konsisten ini menunjukkan bahwa Prabowo tidak bekerja untuk mementingkan kepentingan rakyat namun kekuasaan. Seorang pemimpin cenderung konsisten. Tidak berubah-ubah, tegar dan tegas.

Dalam Sebuah Film berjudul ‘The Enders Game’, terdapat sebuah kutipan yang perlu dicermati oleh Prabowo dan jajaran Koalisinya.

“We win or not is not matters. But The way we win or lose really matters”.

Dalam Pertarungan Politik mungkin saja KMP memenangkan dirinya. Lihat saja beberapa revisi UU yang telah disahkan. Tetapi cara mereka memenangkan sungguh tidak elok. Semuanya demi kepentingan kelompok seakan-akan mereka terpilih karena kelompok itu Saja. Mereka lupa, nama atribut mereka adalah “Dewan Perwakilan Rakyat” bukan “Dewan Perwakilan Koalisi Merah Putih” atau “Dewan Perwakilah Koalisi Indonesia Hebat”.

Tidak adakah 1 orang saja dari sekian banyak Koalisi itu yang beda pendapat?, bahkan seorang yang terikat darah sekalipun kerapkali berbeda pendapat. Bahkan suami istri pun berbeda pendapat. Lalu bagaimana mereka bisa sependapat?, jadi bisa dikatakan DPR itu dikontrol 1 orang bukan dikontrol 250 juta penduduk Indonesia.

“Mereka tidak mewakili RAKYAT tetapi Mewakili Koalisi Merah Putih”.

Masyarakat tidak setuju UUD MD3. But is that matters to them?

Masyarakat tidak setuju PILKADA LANGSUNG dihapuskan. But is that matters to them?

“Sudah jelas, kita perhatikan bahwa pribadi-pribadi di Komisi DPR itu bukan lagi mewakili rakyat. Mereka mewakili Kelompoknya. “

Jadi Kepentingan rakyat mana yang mereka bicarakan?. Sudah kita ketahui, itu hanyalah pemanis di bibir yang akan elok jika didengarkan. Mereka mengetahui itu salah, namun demi sesuatu yang menyenangkan mereka, maka semua itu bisa diindahkan.

Satu hal yang mereka ketahui, sadari, bahwa perbuatan mereka memiliki celah buntu yang bisa rusak dalam sekejap waktu namun diindahkan karena merasa kuat dalam kelompoknya. Kita mengenal fenomena ini, kita juga kadang-kadang sadar tahu bahwa kita berbuat salah, namun ada kalanya kita merasa tidak dalam bahaya karena berada dalam satu kumpulan yang satu pendapat dan sama-sama melakukan kesalahan.

“Layaknya Bom Waktu, cepat atau Lambat Akan Meledak Juga. Rakyat Saat ini Layaknya Bom Waktu, cepat atau lambat akan turun ke Jalan juga”.

Cara mereka mengatakan demi “kepentingan rakyat” sebenarnya melukai semua rakyat kecil yang menginginkan perbaikan hidup, kehidupan yang lebih layak dan lebih sejahtera, merasa aman, dan merasa mampu untuk menikmati kehidupan yang baik di bumi pertiwi.

“Kepentingan Rakyat” adalah :

1.Keamanan

2.Kesejahteraan

3.Pendidikan

4.Keadilan Sosial

“Kepentingan Rakyat” versi mereka adalah :

1.Pemimpin dengan Sosok Superpower

2.Pemaksaan Kehendak

3.Kepentingan Kelompok

4.Kesejahteraan Kelompok Non Marginal.

This is Dictator and capitalism

Sayangnya negara ini sepertinya sudah berubah menjadi negara “geng mafia”. Seakan-akan semuanya adalah kepentingan kelompok saja.

Bagaimana jika rakyat tidak mau bayar pajak?, bagaimana jika rakyat menolak perlindungan aparat namun memilih untuk melakukan mekanisme pertahanan diri secara mandiri?, bagaimana jika rakyat memilih untuk memimpin dirinya secara mandiri?, bagaimana jika rakyat mengaktualisasikan dirinya sebagai bagian dari kelompok-kelompok kecil yang berkuasa?

Jika Itu terjadi, jelas kita ketahui “Indonesia babak belur dan akan hancur.” Saat India sudah berhasil mengorbitkan Satelitnya ke Mars pada Percobaan pertama, Indonesia ribut membicarakan Anggota DPR terpilihnya yang ribut memperebutkan kursi DPR.

Pulau-pulau besar Indonesia Goyah, Ingat, sekali Lebur akan sulit kembali Lagi. Negara Indonesia berpotensi terpecah-pecah, suku, agama, ras, kita sangat kaya namun di situ pulalah kerugian terbesar kita jika tidak dikelola dengan bijaksana. Jika kita hancur, sangat sulit untuk menyatukan kembali. Layaknya menyatukan Timor Leste agar kembali ke pangkuan Pertiwi.

Jika “Sikap Kekanak-kanakan para bajingan itu terus berlanjut ” akan ada masa-masa dimana seseorang dilakukan bertindak suversif. Itu adalah masa-masa Order Baru !. dan Era kejatuhannya adalah Ketika orang-orang turun ke jalan karena merasa masih memiliki Indonesia.

“Terkutuklah mereka yang mengatasnamakan agama namun bertindak tercela ! ”

“Terkutuklah mereka yang mengatasnamakan rakyat namun menginjak-injak konstitusi rakyat ! ”

“Lebih Terkutuklah mereka yang menghianati hati nuraninya sendiri, mereka adalah para pendusta, pemitnah, dan Penginjak-injak orang kecil !”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline