Korean Wave atau Hallyu atau orang menyebutnya demam korea merupakan suatu fenomena yang sudah lama terjadi di Indonesia. Dimulai semenjak masuknya tren lagu Gangnam Style yang dibawakan oleh PSY pada tahun 2012 silam lalu maraknya penayangan drama Korea di stasiun televisi nasional seakan membuka gerbang masuknya kebudayaan Korea Selatan ke dalam negeri ini.
Negara dengan ibukota bernama Seoul itu berhasil membuktikan betapa hebatnya kekuatan kebudayaan mereka dalam kancah internasional. Melalui K-Pop dan drakor, Korea Selatan mampu menaikkan hampir seluruh sektor ekonomi mereka. Mulai dari tempat wisata hingga kuliner yang mereka perlihatkan dalam K-pop maupun drakor terbukti ampuh untuk menarik wisatawan mancanegara agar berkunjung langsung ke negeri ginseng tersebut.
Selain kegiatan self-diplomacy melalui investasi pada pengembangan industri hiburan di Korea Selatan, adanya brand - brand ternama seperti Samsung, LG, dan Hyundai pun turut andil sebagai faktor pembesar nama Korea Selatan. Terbukti Korea Selatan mampu masuk dalam daftar 10 negara terkaya di dunia dengan total Produk Domestik Bruto atau PDB sebesar 1,8 triliun dolar AS lebih.
Selain industri hiburan, alat elektronik, dan kendaraan yang berhasil mendominasi pasar internasional, citra kecantikan yang ditonjolkan oleh berbagai klinik kecantikan ternyata mampu menarik konsumen dari berbagai negara untuk merasakan langsung perawatan atau operasi plastik di Korea Selatan. Standar kecantikan yang divisualisasikan melalui artis maupun masyarakatnya pun seakan menjadi panutan bagi banyak orang masa kini, sehingga timbul pemikiran untuk menjadi cantik atau tampan berarti harus berkulit putih, berambut lurus, berhidung mancung dan memiliki kelopak mata ganda. Bahkan style rambut ataupun baju seakan berkiblat pada Korea Selatan, contohnya style rambut peek-a-boo Lisa Blackpink yang menjadi tren sehingga banyak yang menirunya.
Fenomena Hallyu di berbagai negara terutama Asia ini juga membuka peluang bagi pemilik usaha untuk memperluas jangkauan target pasar mereka. Mari kita perhatikan, sudah berapa banyak merk skincare, make - up, makanan dan sebagainya yang berasal dari Korea Selatan yang masuk ke Indonesia sekarang. Daya beli masyarakat yang dinilai kuat terhadap produk - produk Korea Selatan ini menjadikan produk Korea Selatan menjamur di kalangan masyarakat Indonesia saat ini, bahkan sudah banyak terdapat supermarket di berbagai kota yang hanya menjajakan produk dari Korea Selatan.
Itu semua merupakan dampak dari adanya globalisasi yang memudahkan berbagai negara untuk berinteraksi maupun bertransaksi sebagai hubungan timbal balik, namun apakah kondisi yang terus menerus seperti ini akan berdampak baik bagi kebudayaan dan perekonomian bangsa Indonesia sendiri? Atau justru adanya Korean Wave ini malah meredupkan pelaku seni dan pelaku ekonomi di dalam negeri? Mari kita bahas lebih lanjut.
Seperti yang kita ketahui, selama 10 tahun lebih Korea Selatan menaruh investasi yang optimal dalam pengembangan industri hiburannya agar dikenal di seluruh dunia. Contoh sederhana keberhasilan Korea dalam memasarkan industri hiburannya adalah kini K-Pop atau drakor tidak hanya menarik minat para remaja melainkan hampir seluruh lapisan masyarakat dari berbagai usia, kalangan bahkan jenis kelamin baik laki - laki maupun perempuan. Mereka yang menyukai K-Pop atau drakor pun memiliki alasan yang beragam mengapa mereka tertarik, bukan hanya karena visual artisnya yang memukau tetapi banyak pesan moral, ilmu, pola pikir, dan hal - hal positif lainnya yang mereka mampu ambil dari hiburan tersebut. Sebenarnya kondisi tersebut menunjukkan bahwa kualitas hiburan dalam negeri kita kian menurun karena masyarakat mulai beralih untuk menikmati tontonan dari luar negeri.
Berbeda dengan warga Korea Selatan yang masih setia untuk menonton tayangan televisi sehari - hari sehingga stasiun televisi lokal Korea Selatan berusaha konsisten dalam menjaga kualitas program acara televisi mereka, televisi lokal di Indonesia saat ini justru mulai kehilangan penontonnya karena masyarakat lebih memilih menonton tayangan dari luar negeri melalui parabola maupun platform streaming lainnya.