Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Tradisi Suci di Maybrat yang Kian Tergerus Abad 21

Diperbarui: 17 April 2024   00:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wikimedia.commons

      Kabupaten Maybrat merupakan wilayah yang terletak di Provinsi Papua Barat Daya (Sorong Raya). Memiliki suku yang terdiri atas tiga sub suku besar seperti Ayamaru, Aitinyo, dan Aifat. Suku Ayamaru berada tepat di sisi danau ayamaru, sedangkan Aitinyo di sebelah selatan, dan Aifat di sebelah timur. Wilayah Maybrat sendiri berbatasan dengan beberapa Kabupaten lainnya di Provinsi Papua Barat Daya seperti; Bintuni, Sorong Selatan, dan Tambrauw. 

       Suku Maybrat secara tradisi memiliki kesamaan antara sub sukunya, misalnya; mereka memiliki kesamaan watak dan ego sektoral masing-masing dalam sub sukunya. Hal ini dapat dilihat pada faktor bahasa dan dialek mereka. Dialek dalam bahasa Maybrat antara sub suku Ayamaru sedikit berbeda dengan mereka yang di bagian Aifat Timur.  

Terlepas daripada perbedaan dialek tetapi Intonasi dan speed yang digunakan dalam berbahasa Indonesia masih seirama atau sama. Suku Maybrat boleh disebut cukup terkenal sebagai suku yang memiliki peradaban tinggi di Papua. Sebagaimana mereka memiliki tradisi suci baik dari leluhurnnya dan yang masih digunakan secara turun temurun hingga abad 21.

     Beberapa tradisi suci yang saya sebut sebagai bagian dalam peradaban suku maybrat dapat kita telusuri melalui budaya dan antropologi mereka. Sebelum dunia kekristenan tiba di bumi A3, para leluhur mereka telah memiliki tradisi-tradisi tertentu yang bila kita uji ternyata memiliki makna religiusitas dan value yang baik dan juga kurang baik dalam tatanan kehidupan mereka.  

Tradisi sunat (khitan) di Aifat, Mare, dan Tambrauw. Tradisi perkawinan dan politik kain Timur dimana wanita dan budak sebagai korban domestikasi bila terjadi kekalahan dalam kubu politik ala bobot Akut ataupun Kusme dan Yaku. Tradisi yang bermakna religius seperti sunat, perkawinan, dan kepercayaan terhadap leluhur sebenarnya baik bila dimaknai secara positif. 

     Tradisi-tradisi lainnya seperti agama budaya, Wuon Na Wofle, Rae Wuon, Ranse, Kabes Fane, dan Bosowa, dan Botkief adalah tradisi yang mirip dengan berbagai tradisi lainnya di wilayah Mesir rezim Firaun Ramses. Kepercayaan terhadap roh, arwah, dan dewa-dewa adalah kepercayaan Politheistik yang mirip di Mesir, Prusia, dan India, dan China. 

Alih-alih memiliki kesamaan pola kepercayaan tetapi hanya saja Maybrat tidak mengenal konteks Nabi. Di dalam berbagai peradaban dunia tentu ada Nabi dan kaum terdidik Nabi seperti ; pendeta istana Firaun, Zoroastrianisme, Mistikus Magus, Budha, Konfucius, dan Nabi-Nabi Yudaisme.

         Wilayah Nusantara mengenal adanya Sufiisme setelah muslim masuk abad 16 di Papua tetapi di Papua tidak ada nabi dan tidak ada penginjil hingga abad ke 18 barulah injil masuk di Mansinam, Manokwari Papua  Barat. Sedangkan, pada tahun 1951 injil baru masuk setelah dibawakan oleh zendeling bernama Pdt. Ruben Rumbiak.  

Setelah dipengaruhi secara sosiologis dan theologis suku Maybrat melakukan akulturasi budaya sehingga beberapa tradisinya nyaris hilang di abad 21.  Akulturasi tersebut melahirkan budaya politik kain Timur dan dapat disesuaikan dengan kungkungan nilai-nilai kristianitas yang dipahami masa itu. Perubahannya pun terus berlanjut hingga abad (21) sekarang. 

       Beberapa tradisi suci Maybrat yang dapat saya bagikan kali ini adalah menjaga garis keturunan dan ras dan tradisi khitan agar dapat diberkati oleh Allah Israel. Karena orang Maybrat cenderung percaya terhadap Allah nya bangsa Israel maka mestinya tradisi-tradisi yang mirip bangsa Yahudi mestinya kita pertahankan sebagai generasi emas Maybrat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline