Dunia yang sedang dihuni 8 milyar jiwa manusia saat ini dikatakan sedang tidak baik-baik saja. Kenapa begitu? Mari kita lihat beberapa fakta.
Dalam kondisi normal saja, populasi manusia yang besar ini telah menjadi beban yang berat bagi planet bumi ini. Berdasarkan hitung-hitungan awam saja, bukanlah perkara mudah bagaimana memenuhi semua kebutuhan hidup 8 milyar jiwa manusia setiap hari?
Soal perkara makan saja harus tersedia sebanyak 8.000.000.000 piring menu santapan setiap sekali makan dan jika dalam satu hari dihitung dua kali makan saja maka diperlukan 16.000.000.000 piring menu makanan. Itu baru soal makan. Bagaimana soal pakaian, perumahan, obat-obatan dan kebutuhan lain yang sangat mendasar? Sungguh bukan perkara yang mudah.
Dan benar adanya bahwa menurut The State of Food Security and Nutrition in the World 2022 terdapat 600 juta jiwa manusia yang setiap hari mengalami kelaparan di dunia dan saya yakin angka ini jauh lebih kecil dari angka yang sebenarnya, karena fenomena ini sangat mudah kita lihat di sekitar kita terutama di tengah kehidupan perkotaan.
Bahkan menteri keuangan Sri Mulyani mengatakan begitu banyak gelandangan di Amerika Serikat yang terlihat di sepanjang jalan yang mereka lalui dalam suatu kunjungan ke kantor Bank Dunia pada bulan Oktober yang lalu dan itu terjadi di Amerika, salah satu negara terkaya di dunia.
Kebutuhan dasar lainnya seperti sandang dan papan menunjukkan hal yang sama, bahkan pemenuhan kebutuhan akan rumah yang layak, diperkirakan jauh lebih buruk dari pada kebutuhan dasar sandang dan pangan mengingat mahalnya harga rumah dan ketersediahan tanah yang semakin terbatas. Lagi-lagi fenomena ini begitu mudah terlihat di kota-kota besar, berpredikat kota maju dan kota metropolitan di seluruh dunia.
Planet bumi ini memang benar-benar sedang menyokong dan menahan beban yang begitu berat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terjadi terus menerus.
Problematika dunia semakin komplek karena ulah manusia
Dimulai dari gaya hidup manusia belakangan ini pun sudah sangat mengkhawatirkan. Ragam hiburan, fasilitas publik dan menu santapan disediakan hanya semata-mata memanjakan dan memuaskan selera manusia seolah-olah semuanya tersedia tanpa batas padahal bumi ini jelas-jelas memiliki batas daya dukung bagi keberlangsungan hidup manusia. Dalam hal ini, manusia secara individu dan institusi melakukan hal yang sama: eksploitasi alam yang berlebihan.
Maka kompleksitas permasalahan yang terjadi saat ini disebabkan bukan lagi sekedar keberadaan manusia, namun karena nafsu dan ulah manusia yang telah merusak integrasi dan keseimbangan hidup dan ekosistem bumi. Literatur tentang ulah manusia dan kontribusinya terhadap kerusakan planet bumi telah banyak dipublikasikan baik di kanal-kanal akademis maupun media massa dan belakangan ini melalui media internet yang sangat beragam itu.
Perhatikan saja beberapa kerusakan kasat mata yang terjadi akibat keserakahan manusia dalam mengeksplorasi dan mengeruk sebanyak-banyaknya hasil bumi untuk memuaskan nafsu pribadi dan kelompoknya. Longsor, banjir, kebakaran hutan, polusi dan pencemaran laut merupakan fenomena nyata dan semakin sering terjadi belakangan ini.